Dafit Ody, Mahasiswa PENS Ciptakan Robot Vacuum Pintar di Jepang

1 month ago 37
 Dok.Pri)Dafit Ody Endriantono. (Foto: Dok.Pri)

Berawal dari kesulitan kakek neneknya membersihkan rumah, menginspirasi Dafit Ody Endriantono membuat inovasi alat penyedot sampah bernama Pikapika-chan. Sebuah robot vacuum pintar yang tidak hanya berfungsi menyedot debu, tetapi juga mampu mengenali jenis sampah melalui perintah suara.

Inovasi yang dibuat mahasiswa Jurusan Teknik Elektronika Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS) itu telah dipresentasikan dalam Joint International Workshop 2025 on AI Engineering and Technology (AIET 2025) pada 19 Maret lalu.

Pria yang akrab disapa Ody itu mempresentasikan project inovatifnya bersama dengan mahasiswa dari berbagai negara seperti Jepang, Thailand dan Malaysia.

Joint International Workshop 2025 on AI Engineering and Technology (AIET 2025) merupakan konferensi internasional tentang Artificial Intelligence dalam Teknologi Pendidikan, yang berfokus pada penerapan kecerdasan buatan. Acara ini juga dihadiri oleh periset dan perwakilan dari kampus-kampus terkemuka di Jepang.

| Baca Juga: Rustono, Pria Jawa Tengah yang Sukses Dirikan Pabrik Tempe di Jepang

Awalnya, Ody adalah salah satu dari tujuh mahasiswa PENS yang lolos program pertukaran pelajar untuk riset di bidang robotika di Kanagawa Institute of Technology.

Proses mendapatkan kesempatan itu melalui pendaftaran yang dia lakukan pada Juli 2024 lalu. Pastinya banyak syarat dan dokumen yang dia siapkan. Di antaranya portofolio hingga pemaparan topik riset yang menjadi project.

“Alhamdulillah, saya terpilih meski kebanyakan peserta adalah mahasiswa tingkat akhir. Saya sangat senang dan tak menduga bisa sampai ke Jepang dan melakukan riset robotik, karena saingannya banyak dan berat-berat,” kata Ody kepada Nyata lewat sambungan telepon, Rabu (21/5) lalu.

Setelah dinyatakan lolos, Ody terbang ke Jepang pada Februari 2025. Pria 20 tahun itu pun mengikuti program riset robot control system based on human gestures di Kanagawa Institute of Technology. Baru beberapa hari di negeri sakura, Ody langsung memulai risetnya.

| Baca Juga: Bocah 10 Tahun, Alisa Perales Raih 2 Gelar Sarjana dalam Dua Tahun

Diawali dengan studi literatur mengenai sistem deteksi objek menggunakan kamera, penerapan machine learning ringan untuk klasifikasi sampah, serta penggunaan voice command berbasis Google Speech API.

“Saya mempelajari ROS (Robot Operating System, red) untuk mengintegrasikan semua sistem tersebut dalam satu platform. Riset ini berlangsung intensif selama dua bulan, dari Februari hingga akhir Maret 2025, bersamaan dengan sesi diskusi dan bimbingan di Kanagawa Institute of Technology,” tuturnya.

Dari situ, muncul ide untuk membuat robot vacuum pintar. Inspirasi utama saya dalam membuat vacuum robot ini datang dari kehidupan sehari-hari, khususnya saat melihat kakek dan nenek saya di rumah yang masih harus membersihkan lantai secara manual.

“Saya merasa kegiatan tersebut cukup melelahkan untuk usia mereka, apalagi jika harus dilakukan setiap hari,” curhatnya.

| Baca Juga: Keren! Kapal Robot Buatan Mahasiswa ITS Raih Juara di IRC 2025

Yang bukan hanya bisa menyedot debu, tapi juga mampu mengenali jenis sampah secara cerdas dan bisa dikendalikan dengan suara.

“Saya ingin teknologi ini nantinya bisa membantu banyak keluarga lain, terutama yang memiliki anggota lansia. Selain alasan personal tersebut, proyek ini juga menjadi medium riset saya dalam menggabungkan kecerdasan buatan, pemrosesan citra, dan sistem kendali cerdas dalam satu perangkat yang aplikatif,” lanjut mahasiswa semester enam itu.

Ide tersebut lantas dia tuangkan dalam bentuk prototype. Meliputi desain rangka, pemrograman deteksi sampah, implementasi modul perintah suara, dan pengujian integrasi sistem melalui ROS.

Agar pengerjaannya berjalan lancar dan sesuai rencana, Ody mendapat bimbingan dari Prof. Noriyuki Kawarazaki. “Beliau sangat mendukung ide ini sejak awal dan memberikan banyak masukan teknis maupun strategi publikasi,” ucapnya.

Hingga akhirnya, Ody merancang robot vacuum pintar bernama Pikapika-chan. Dalam bahasa Jepang, pikapika berarti bersih berkilau, dan tambahan chan memberikan nuansa yang ramah dan lucu.

“Nama ini saya pilih agar robot ini terasa lebih dekat dengan pengguna, terutama untuk segmen keluarga yang ingin menghadirkan teknologi dengan kesan bersahabat di rumah,” akunya.

Robot vacuum berukuran 75x61x74x62 sentimeter itu dirancang bisa mengambil sampah ringan seperti potongan kertas, plastik kecil, debu, dan serpihan makanan.

Sampah yang terlalu besar atau tidak sesuai kategori akan diabaikan secara otomatis berdasarkan deteksi ukuran dan bentuk dari data kamera.

| Baca Juga: Aksi Kocak Mahasiswa Rantau di Film ‘Bukan Jodoh Biasa Nih’

Robot tersebut digerakkan menggunakan Li-Po Baterai, yang mampu bertahan hingga 90 menit penggunaan. Dalam kondisi optimal, robot bisa menjelajah ruangan seluas 30 hingga 50 meter persegi tanpa pengisian ulang, tergantung pada intensitas gerak dan beban kerja.

Rangka robot dibuat dari bahan akrilik dan aluminium frame, agar lebih ringan dan mudah dibentuk. Motor DC dipilih untuk mobilitas, dengan roda omni agar lebih fleksibel bergerak.

“Proses pembuatan robot memakan waktu sekitar dua bulan. Saya bekerja hampir setiap hari, mengatur waktu antara eksperimen hardware, debugging software, hingga dokumentasi hasil pengujian,” jelasnya.

Pikapika-chan memiliki beberapa fitur unggulan yang membedakannya dari vacuum cleaner biasa. Robot ini dapat mengenali objek berdasarkan ukuran dan jenis sampah menggunakan kamera kedalaman.

Sistem ini mampu menilai apakah suatu objek layak diambil dan dapat dikendalikan menggunakan perintah suara dalam bahasa Inggris. Biaya pembuatannya mencapai Rp5 juta hingga Rp15 juta.

| Baca Juga: Mahasiswa ITS Gagas Alat Deteksi Gula Darah Tanpa Suntik

Bagi Ody, tantangan terbesar dalam pembuatan robot ini adalah menggabungkan sistem deteksi visual dengan voice command. Tantangan terbesar adalah menggabungkan sistem deteksi visual dengan voice command agar dapat bekerja secara real-time.

“Ada juga kendala dalam membaca citra sampah kecil yang sering tidak dikenali dengan baik oleh kamera pada kondisi pencahayaan tertentu. Selain itu, ROS cukup kompleks, jadi saya harus belajar banyak untuk memahami cara kerja node dan topik di dalamnya,” terangnya.

Kendati demikian, Ody berhasil merampungkan robot vacuum itu dengan cukup baik.

Pikapika-chan menjadi satu-satunya proyek robot vacuum dari tujuh mahasiswa PENS yang mengikuti program riset di Jepang. Serta berhasil dibawa ke Joint International Workshop 2025 on AI Engineering and Technology (AIET 2025) yang berlangsung di Atsugi, Kanagawa.

Saat ditanya mengenai potensi Pikapika-chan bisa digunakan secara luas di Indonesia, Ody mengatakan, Potensi pengembangan secara komersial sangat terbuka.

Jika desainnya dirampingkan dan efisiensi sistem ditingkatkan, vacuum ini bisa menjadi produk unggulan untuk pasar rumah tangga dan fasilitas umum seperti perpustakaan atau kantor.

“Saya berencana mengembangkan versi selanjutnya dengan fitur navigasi pintar dan integrasi IoT,” tutupnya. (*)

Read Entire Article
Kerja Bersama | | | |