Mundur dari Vogue, Anna Wintour Tetap Berpengaruh

16 hours ago 5

Dame Anna Wintour, sosok paling berpengaruh di industri fashion dunia sekaligus pemimpin redaksi majalah Vogue, mundur setelah 37 tahun.

Anna yang sekian puluh tahun menjadi suhu, guru sekaligus ikon mode melepaskan predikat itu semua. Pada Kamis (26/6) lalu, pengumuman itu resmi dinyatakan.

Uniknya tidak lama setelah Anna mundur, film The Devil Wears Prada 2 mulai syuting. Konon sosok Miranda Priestly di film tersebut adalah gambaran Anna Wintour. Jadi bisa dibayangkan bagaimana ia dalam kesehariannya dan dalam dunia profesionalnya.

”Ketika saya menjadi editor Vogue, saya ingin membuktikan kepada semua yang mungkin mendengarkan, bahwa ada cara baru yang menarik untuk membayangkan majalah mode Amerika,” katanya kepada staf dalam sebuah rapat redaksi.

| Baca Juga : Anne Hathaway-Meryl Streep Kembali di ‘The Devil Wears Prada 2’

”Sekarang saya merasa bahwa kesenangan terbesar saya adalah membantu generasi baru yang bersemangat untuk menyerbu lapangan dengan ide-ide mereka sendiri. Didukung oleh pandangan baru yang menarik tentang seperti apa perusahaan media besar itu,” imbuhnya.

Namun, Anna yang kini berusia 75 tahun tidak benar-benar mundur untuk istirahat. Ia tetap menjabat sebagai direktur editorial global Vogue, serta kepala bagian konten untuk perusahaan induknya, Conde Nast. Peran yang diembannya sejak 2020.

Itu berarti ia tetap mengawasi konten Vogue dengan anak-anak majalah lain seperti GQ, Wired dan Tatler. Jadi bukan benar-benar pengunduran diri, sebab kekuasaan ratu mode itu sepertinya belum berakhir.

Anna Wintour memang ditakdirkan untuk mendominasi industri mode. Karena betapa besar dan abadi pengaruhnya. ”Sepertinya itu takdir dari ayah saya. Ayah memutuskan agar saya bekerja di bidang mode,” kenangnya.

| Baca Juga : Ingin Hiasi Cover Vogue, Meghan Markle Beri Permintaan Sulit

Cerita itu berawal ketika Anna bingung dengan apa tujuan karirnya. Karenanya ketika mengisi formulir pendaftaran sekolah, ia berkonsultasi dengan ayahnya, Charles, yang pernah menjadi editor London Evening Standard.

”Saya berkata, ’Apa yang harus saya lakukan?’ Ia berkata, ’Tulis saja bahwa kamu ingin menjadi editor Vogue’. Ya tentu saja. Dan begitulah, keputusan telah dibuat,” kata wanita kelahiran 3 November 1949 itu.

Sejak hari pertama menjadi pemimpin redaksi Vogue, Anna sudah berani membuat gebrakan.

Edisi perdananya terbit pada Oktober 1988. Menampilkan model yang tidak terlalu terkenal, Michaela Bercu sebagai cover. Difoto fotografer Peter Lindbergh, di jalanan. Konsep yang ditampilkan juga tidak glamor.

”Ketika cover masuk, saya mendapat panggilan telepon dari percetakan. Mereka punya satu pertanyaan besar, ’Apakah ada kesalahan?’ Itulah kenangannya,” kata Anna.

| Baca Juga : Sempat Dikira Transgender, Petinju Imane Khelif Jadi Model Vogue

”Ya saya tidak menyalahkan mereka. Karena konsep itu sangat berbeda dari foto close up yang elegan dan terencana, yang merupakan ciri khas cover Vogue saat itu. Lengkap dengan riasan full dan perhiasan besar. Yang ini melanggar semua aturan,” kata Anna lagi.

Keberaniannya berlanjut hingga hampir empat dasawarsa kemudian. Anna menjadi penengah selera dalam mode, budaya bahkan politik.

Ketika editor lain menjalani rutinitas harian dalam kondisi kelelahan, Anna dengan potongan rambut bob khasnya, kacamata hitam dan ketenangan yang misterius. Ia menciptakan aura misterius dan berwibawa yang hanya bisa ditiru sedikit orang.

Anna pun menjadi sosok di balik event-event mode besar. Dari Milan Fashion Week hingga Paris couture.(*)

Siapa sosok yang akan mewarisi takhta Anna Wintour? Baca selengkapnya di Tabloid Nyata Cetak edisi 2813, Minggu ke I Juli 2025.(*)

Read Entire Article
Kerja Bersama | | | |