Perjuangan Agam Rinjani Evakuasi Pendaki Brazil, Rela Tidur Bareng Jenazah

15 hours ago 4

Jenazah pendaki asal Brazil, Juliana Marins, berhasil dievakuasi tim gabungan pada Rabu, 25 Jun 2025, setelah jatuh ke jurang di Gunung Rinjani empat hari sebelumnya. Di balik penyelamatan itu, nama Agam Rinjani mencuri perhatian.

Agam memainkan peran krusial saat menggendong jasad Juliana dengan menuruni lereng, menembus kabut hingga menerjang hujan.

Keberanian itu mengundang simpati warga Brasil yang bergotong royong mengumpulkan donasi hingga mencapai Rp1,5 miliar untuk Agam.

| Baca Juga : Juliana Marins, Pendaki Brazil Meninggal di Gunung Rinjani

Donasi itu sebenarnya satu dari banyaknya apresiasi yang diterimanya. Tidak banyak yang memiliki keberanian seperti dirinya. Bertaruh nyawa dalam situasi yang genting.

Juliana diketahui terjatuh pada Sabtu (21/6) sekitar pukul 06.30 WITA, saat mendaki bersama lima wisatawan lainnya melalui jalur pendakian Sembalun.

Di hari nahas itu, Agam sebenarnya tengah berada di Jakarta. Setibanya di Lombok, Agam bersama tiga orang relawan dari Rinjani Squad dan tim SAR unit Lombok Timur menuju ke lokasi pada pukul 18.31 WITA. Di sana mereka melakukan proses wrapping, setelah mengetahui jika Juliana meninggal.

| Baca Juga : Touring Bareng The Duda’s di Lombok, Desta Alami Kecelakaan

Agam dan tim gabungan sempat tidur bergelantung di tebing vertikal yang curam bersama jenazah Juliana.

”Saya lihat jenazahnya itu ternyata posisinya miring. Kemungkinan dia mencoba mencari jalan tapi jatuh. Saya lihat kondisi korban kepalanya retak, tangan kaki dan pinggulnya patah karena terbentur batu. Darahnya berceceran di batu besar,” kata Agam dalam podcast Deddy Corbuzier, yang tayang Selasa (1/7/2025) lalu.

”Kita santai sambil istirahat di dalam sleeping bag. Ada yang merokok juga. Mau kencing juga harus ditahan karena sudah pakai harnes. Menahan dingin yang sampai bikin kulit kaku,” curhatnya.

| Baca Juga : Idap Kanker Usus Stadium 4, Influencer Amerika Umumkan Kematiannya Sendiri

Keesokan harinya, Rabu (25/6) pagi, evakuasi dilanjutkan dengan metode lifting. Korban dibawa turun ke Posko Sembalun dan dievakuasi via helikopter ke RS Bhayangkara Polda NTB.

”Pagi itu jenazah kita tarik pakai tali. Jadi teman-teman itu naik duluan sampai ke teras atas. Saya yang di bawah temani korban. Jadi korban naik ke titik tebing dulu. Ditarik itu hampir dua jam. Pakai alat manual. Saya dan korban sempat kejepit dan hampir kena runtuhan batu,” paparnya.

Bagi pria asal Makassar itu, penyelamatan kali ini menjadi pengalaman paling sulit dan terjauh dalam hidupnya. Agam sendiri sebenarnya sudah sepuluh tahun ini menekuni profesi sebagai tour operator. Ia sendiri lulus dari pendidikan Antropologi Universitas Hasanuddin Makassar tahun 2022. (*)

Kisah selengkapnya bisa dibaca di Tabloid Nyata Cetak edisi 2813, Minggu ke I Juli 2025

Read Entire Article
Kerja Bersama | | | |