Ikan Asin Bisa Picu Kanker Nasofaring, Dokter Sarankan Begini

21 hours ago 6
 FreePik/JoeILUSTRASI : Ikan Asin. Foto : FreePik/Joe

Indonesia dikenal sebagai negara yang kaya akan olahan ikan asin. Karena rasanya yang gurih dan khas, makanan ini banyak dikonsumsi di berbagai daerah, terutama di wilayah pesisir. Namun, di balik kelezatannya, ikan asin ternyata dapat memicu risiko kanker nasofaring.

Hal ini disebabkan oleh kandungan nitrosamin dalam ikan asin, yaitu zat yang dikenal bersifat karsinogenik (pemicu kanker). Ketika ikan asin dikonsumsi bersama nasi panas, uap dari nasi dapat membantu mengantarkan zat nitrosamin ke area nasofaring.

Uap panas itu bisa masuk melalui saluran pernapasan dan pencernaan, mengarah langsung ke tenggorokan, esofagus, bahkan hingga lambung. Kombinasi antara suhu panas dan zat kimia berbahaya inilah yang berpotensi meningkatkan risiko kanker.

| Baca Juga : Mengenal Brachial Plexus Injury, Cedera yang Sebabkan Tangan Lumpuh

Paparan nitrosamine pada area-area tersebut berisiko menyebabkan perubahan pada sel-sel yang berpotensi berkembang menjadi kanker, salah satunya kanker nasofaring.

“Karena biasanya kita makan ikan asin dengan nasi yang panas-panas. Jadi nitrosamine pada ikan asin akan terbawa uap nasi panas yang biasa kena esofagus, dinding tenggorokan, bahkan lambung,” ujar dokter umum sekaligus influencer, dr. Ema Surya Pertiwi, dari kanal YouTube dr.Emasuperr.

Sebagai informasi, nitrosamine adalah senyawa kimia yang terbentuk ketika bahan makanan, seperti ikan asin yang melalui proses pengawetan atau pengolahan, terpapar suhu panas atau proses memasak yang tidak tepat.

| Baca Juga : Suka Minum Teh Setelah Makan? Kebiasaan Ini Hambat Penyerapan Nutrisi

Dalam ikan asin, senyawa nitrosamin dapat terbentuk dari bahan pengawet dan zat tambahan lain yang digunakan dalam proses pengasinan. Salah satu bahan pengawet yang patut diwaspadai adalah formalin.

Formalin sering disalahgunakan oleh pedagang nakal untuk menjaga kesegaran ikan asin dan mencegah pembusukan dalam waktu singkat. Padahal, penggunaan formalin sangat berbahaya bagi kesehatan, terutama jika dikonsumsi dalam jangka panjang.

Untuk mengetahui apakah ikan asin mengandung formalin atau tidak, ada beberapa ciri yang bisa diperhatikan.

Ikan asin yang mengandung formalin umumnya akan bertahan lebih dari satu bulan tanpa rusak pada suhu normal, tampak lebih bersih dan cerah, tidak memiliki bau khas ikan asin, teksturnya keras, bagian dalamnya basah, dan lalat tidak tertarik.

| Baca Juga : Susah Tidur? Coba Cara Ini, Bakal Nyenyak dalam 60 Detik

Selain itu, bau ikan asin yang mengandung formalin akan terasa netral atau tidak khas.

Berkaca dari hal itu, bukan berarti ikan asin harus sepenuhnya dihindari. Ikan tersebut masih bisa menjadi pilihan lauk yang lezat dan bergizi jika dikonsumsi dengan bijak.

“Boleh (makan ikan asin) asal jangan sering-sering. Makan 2 minggu atau 1 bulan sekali itu masih dianggap wajar dan normal untuk tubuh. Namun, jika mengonsumsi ikan asin lebih dari 3 kali seminggu, maka itu meningkatkan kanker nasofaring.” ujarnya. (*)

Read Entire Article
Kerja Bersama | | | |