Waspada Aritmia, Detak Jantung Tidak Teratur Bisa Berakibat Fatal

5 days ago 9
 Dok. Net/AI)Ilustrasi detak jantung tidak beratur. (Foto: Dok. Net/AI)

Jantung merupakan organ vital yang bertugas memompa darah ke seluruh tubuh untuk mendistribusikan oksigen dan nutrisi. Namun, gangguan pada sistem kelistrikan jantung dapat menyebabkan detak jantung tidak teratur atau dikenal sebagai aritmia.

Kondisi ini dapat berujung pada berbagai komplikasi serius, termasuk henti jantung mendadak. Diketahui, aritmia adalah gangguan irama jantung yang mempengaruhi pembentukan dan penjalaran listrik jantung. Hal ini dapat menyebabkan jantung berdetak lebih cepat (takikardia), lebih lambat (bradikardia), atau tidak teratur.

Penyebab aritmia sangat beragam, mulai dari faktor usia, genetika, hipertensi, gangguan struktural jantung, gangguan elektrolit, hingga penyebab yang tidak diketahui (idiopatik).

Menurut dr. Dony Yugo Hermanto, Sp.J.P. Subsp.Ar(K), FIHA, spesialis jantung dan pembuluh darah dari RS Pondok Indah, secara normal jantung berdetak 50-100 kali per menit.

“Jika lebih dari 100 kali per menit disebut takikardia, sedangkan jika kurang dari 50 kali per menit disebut bradikardia,” jelasnya dalam temu media di Jakarta baru-baru ini.

| Baca Juga: Ayu Dewi Absen Puasa Gegara Gerd, Begini Cara Mengatasinya

Beberapa gejala umum aritmia meliputi:

  • Jantung berdebar-debar atau palpitasi.
  • Rasa tidak nyaman di dada.
  • Cepat lelah dan sesak napas.
  • Pingsan tanpa penyebab yang jelas.

Salah satu jenis aritmia yang perlu diwaspadai adalah atrial fibrilasi. “Pada populasi usia 70 tahun ke atas, sekitar 20 persen mengalami atrial fibrilasi. Kondisi ini meningkatkan risiko stroke karena denyut jantung yang tidak teratur dapat menyebabkan terbentuknya gumpalan darah,” ujar dr. Dony.

Selain itu, ada juga aritmia letal, yaitu kondisi yang dapat menyebabkan henti jantung mendadak. “Dalam kasus ini, listrik jantung mengalami ‘korsleting’, menyebabkan jantung hanya bergetar tanpa mampu memompa darah. Jika kondisi ini berlangsung lama, pasien bisa mengalami kematian mendadak,” jelasnya.

| Baca Juga: Meniup Hidung Bisa Memperparah Flu, Begini Cara yang Benar

Pentingnya Deteksi Dini dan Penanganan Cepat

Pingsan yang disertai kejang dapat menjadi tanda adanya aritmia berbahaya. Oleh karena itu, pertolongan pertama yang cepat sangatlah krusial.

“Jika menemukan seseorang pingsan disertai kejang, segera lakukan pijat jantung dengan kedua tangan dan berikan tekanan kuat sambil meminta bantuan medis,” kata dr. Dony.

Aritmia juga dapat terjadi pada anak-anak, ditandai dengan kelelahan, tidak mau bermain, atau detak nadi di bawah 50 kali per menit. Oleh karena itu, penting untuk melakukan pemeriksaan jantung secara berkala, terutama bagi mereka yang memiliki riwayat penyakit jantung.

Untuk deteksi dini, selain teknik meraba nadi sendiri (Menari), teknologi seperti smartwatch dan oksimetri juga dapat membantu.

“Smartwatch memiliki akurasi hingga 92 persen dalam mendeteksi gangguan irama jantung. Jika ditemukan ketidakteraturan, segera konsultasikan ke dokter,” tambahnya.

| Baca Juga: Hati-Hati Buka Puasa dengan Es Buah! Ini Saran Sehat dari Dokter Tirta

Cegah Risiko Fatal

Aritmia bisa terjadi pada siapa saja, tanpa memandang usia atau jenis kelamin. Oleh karena itu, kesadaran akan pentingnya deteksi dini dan pertolongan pertama sangatlah penting.

Dengan pemeriksaan rutin dan pemahaman terhadap gejala, risiko komplikasi serius akibat aritmia dapat diminimalkan.

Jika Anda atau orang terdekat mengalami gejala aritmia, segera lakukan pemeriksaan medis agar mendapatkan penanganan yang tepat. Jangan anggap sepele detak jantung yang tidak teratur, karena nyawa bisa menjadi taruhannya. (*)

Read Entire Article
Kerja Bersama | | | |