Industri film Indonesia akan kedatangan tontonan baru bertajuk ‘Keluarga Besar’, sebuah film komedi aksi yang siap meramaikan bioskop saat Lebaran 2025.
Mengangkat kisah unik tentang sebuah keluarga berbadan besar yang tinggal di rumah susun (rusun), film tersebut menawarkan hiburan sekaligus refleksi sosial yang dekat dengan kehidupan sehari-hari.
Sutradara Ario Rubbik mengungkapkan bahwa ide ceritanya berawal dari sebuah pertanyaan sederhana, “bagaimana jika satu keluarga berbadan besar tinggal di rusun?” Dari situ, lahirlah kisah yang dikembangkan menjadi ‘Keluarga Besar’.
“Kami ingin menampilkan situasi yang menarik, tapi tetap membumi dan relevan,” ujar Ario dalam konferensi pers di Jakarta, Senin (17/3).
| Baca Juga: Poster ‘Gundik’ Diganti Karena Luna Maya Tampil Tanpa Busana
Selain menyajikan humor segar, film ini juga mengangkat isu kurangnya komunikasi dalam keluarga. Ario menyoroti bagaimana kesibukan zaman sekarang sering membuat hubungan antara anak dan orangtua menjadi renggang.
“Kami ingin menyampaikan pesan bahwa komunikasi itu penting, terutama dalam keluarga,” tambahnya.
Mo Sidik, salah satu pemeran utama, menyebut bahwa ‘Keluarga Besar’ adalah tontonan ringan dan menghibur, namun tetap memiliki kedalaman cerita.
“Ada banyak adegan lucu yang bisa dinikmati bersama keluarga, terutama saat Lebaran,” kata Mo.
Namun, proses produksi film ini tidak tanpa tantangan. Lokasi syuting yang berada di rusun empat lantai di Cakung, Jakarta Timur, menghadirkan berbagai kendala logistik.
Para pemain, terutama yang berbadan besar, harus menghadapi tantangan naik turun tangga berkali-kali. “Badan mereka besar-besar, tapi mereka tetap semangat,” kata Ario.
| Baca Juga: Tio Pakusadewo Kesal, Beradegan Ranjang dengan Luna Maya
Selain itu, tim produksi juga berupaya menghadirkan atmosfer rusun yang autentik, termasuk elemen-elemen khas seperti barang-barang yang diletakkan di luar unit hunian.
“Di apartemen biasanya orang taruh sandal di luar, tapi di rusun, kadang ada sofa atau lemari yang ditaruh di lorong,” canda Mo Sidik.
Meskipun mengangkat karakter berbadan besar, film ini tidak ingin terjebak dalam humor yang mengarah pada body shaming. Sebaliknya, komedinya lebih banyak muncul dari interaksi antar karakter dan situasi sehari-hari di rusun.
“Kami ingin komedinya terasa alami, bukan sekadar bercanda soal ukuran tubuh,” tegas Ario.
Karakter dalam Keluarga Besar juga beragam, mulai dari kepala keluarga kelas menengah ke bawah yang menghadapi tuntutan istri dan anak-anaknya, hingga anak muda generasi Z yang bergulat dengan persoalan internal dan eksternal mereka.
Dengan pendekatan yang autentik dan komedi yang cerdas, Keluarga Besar bukan sekadar film hiburan, tetapi juga potret kehidupan di rusun yang jarang dieksplorasi dalam perfilman Indonesia.
“Kami ingin menghadirkan cerita yang dekat dengan masyarakat, tapi tetap seru dan menyenangkan,” tutup Ario. (*)