Cara Mudah Mengatasi Gangguan Pencernaan pada Anak

5 days ago 10

Gangguan pencernaan ternyata bukan hanya masalah orang dewasa. Anak-anak juga bisa mengalaminya. Sayangnya, banyak orangtua yang belum menyadari seberapa serius dampaknya.

Padahal, jika tidak ditangani dengan benar, gangguan pencernaan bisa menghambat pertumbuhan, mengganggu aktivitas, hingga menurunkan daya tahan tubuh anak.

Menurut dr. Himawan Aulia Rahman, Sp.A, Subsp.G.H., gangguan sistem pencernaan pada anak umumnya disebabkan oleh makanan yang dikonsumsi. Dalam kondisi saluran cerna yang sehat, makanan akan dicerna dan diserap dengan optimal, sehingga pertumbuhan anak pun berlangsung ideal.

“Berat badan naik, tinggi nambah, dan ketika masih bayi, lingkar kepala bertambah,” jelas dr. Himawan dalam diskusi kesehatan bersama RS Pondok Indah (RSPI) di Jakarta Pusat, belum lama ini.

| Baca Juga: Cara Praktis Persiapkan Bekal Makanan Sehat Bergizi untuk Anak

Ciri-Ciri Saluran Cerna Anak yang Sehat

Ada beberapa tanda yang bisa menjadi acuan bahwa saluran cerna anak berfungsi baik, di antaranya: BAB rutin setiap hari, nafsu makan terjaga, tidak mengalami gangguan pencernaan, tumbuh kembang optimal, mood dan perilaku baik, serta imunitas tubuh kuat, anak tampak aktif dan energik.

Namun jika sebaliknya, orangtua patut waspada. Berikut ini beberapa gangguan saluran cerna yang sering terjadi pada anak dan tidak boleh diabaikan:

1. Diare
Diare bukan hanya soal frekuensi BAB yang meningkat, tetapi juga soal konsistensi feses yang encer. Jika berlangsung lebih dari 7 hari, diare bisa berujung pada dehidrasi serius.

“Diare dapat menyebabkan anak mengalami dehidrasi. Waspadai jika terjadi lebih dari tujuh hari,” tegas dr. Himawan.

Tanda dehidrasi meliputi: anak tampak lemas, tidak keluar air mata saat menangis, mata cekung, dan popok kering. Segera beri oralit dan makanan dalam porsi kecil namun sering. Jika disertai muntah hebat, demam, atau darah pada feses, segera bawa ke dokter.

| Baca Juga: 4 Kulit Buah yang Bisa Dimakan dan Kaya Manfaat Kesehatan

2. Sembelit
Sembelit ditandai dengan frekuensi BAB yang jarang dan feses yang keras. Kadang anak sampai menangis saat BAB atau bahkan mengompol karena menahan buang air.

“Kalau anak sampai suka mojok, menyilangkan kaki, atau keluar kotorannya di celana, itu tanda sembelit berat,” ungkap dr. Himawan.

Jangan hanya andalkan pepaya. Evaluasi menyeluruh oleh dokter sangat disarankan agar tidak terjadi komplikasi seperti sakit perut berulang, nafsu makan menurun, atau sulit naik berat badan.

3. Sakit Perut
Memang umum terjadi, tapi jangan sepelekan jika disertai muntah berwarna hijau, nyeri hebat, demam, atau berat badan menurun.

“Sakit perut yang bahaya terjadi di sebelah kanan. Kalau kanan atas atau bawah, bisa jadi gejala usus buntu,” kata dr. Himawan.

| Baca Juga: Daging Kambing Picu Kanker Prostat, Benarkah?

4. Muntah dan Gumoh
Muntah berbeda dengan gumoh. Gumoh terjadi tanpa dorongan, biasanya setelah menyusu. Sedangkan muntah disertai dorongan kuat dan refleks tubuh.

“Kalau muntahnya banyak dan anak tidak bisa minum, ini berbahaya karena bisa cepat dehidrasi,” jelasnya.

Muntah bisa disebabkan infeksi saluran cerna atau masalah seperti GERD. Penting bagi orang tua untuk membedakan apakah anak hanya gumoh atau sedang mengalami muntah serius.

Waspadai Gejala Sejak Dini

Gejala gangguan cerna biasanya muncul 1–3 hari sejak anak terpapar. Tanda-tanda seperti lemas, muntah, atau diare bisa menjadi sinyal tubuh anak sedang tak baik-baik saja.

“Anak-anak yang terkena gangguan pencernaan bisa terlihat dari fisiknya. Jika tidak segera ditangani, bisa menghambat pertumbuhan mereka,” ucap dr. Himawan.

| Baca Juga: Jangan Dibuang! Serabut Putih Jeruk Ternyata Kaya Manfaat Kesehatan

Tips Menangani Anak yang Mengalami Gangguan Pencernaan

1. Tetap tenang. Jangan panik saat anak muntah atau diare.

2. Berikan cukup cairan. Agar anak tidak dehidrasi.

3. Porsi makan kecil tapi sering. Hindari memaksa anak makan dalam porsi besar.

4. Jaga kebersihan makanan. Hindari jajanan yang tidak higienis.

5. Ajak anak aktif bergerak. Aktivitas fisik bisa membantu melancarkan pencernaan.

“Biasanya anak terkena gangguan pencernaan karena pola makan tidak sehat, jarang olahraga, atau sering jajan sembarangan,” tambah dr. Himawan.

Meski begitu, orangtua tidak perlu langsung buru-buru melakukan tes laboratorium. Amati dulu pola makan, frekuensi BAB, dan aktivitas anak. Jika gejala berlangsung lama atau disertai tanda bahaya, konsultasikan ke dokter. (*)

Read Entire Article
Kerja Bersama | | | |