7 Tahun Vakum, Harry Dagoe Kembali dengan Film Horor ‘Terikat Jalan Setan’

6 hours ago 3
 Naomi/Nyata)Sutradara Harry Dagoe Suharyadi dan cast film 'Terikat Jalan Setan'. (Foto: Naomi/Nyata)

Setelah hampir tujuh tahun vakum dari film layar lebar, Harry Dagoe Suharyadi kembali akting lewat ‘Terikat Jalan Setan’. Film horor itu merupakan buah pikiran Harry, yang bertindak sebagai produser, sutradara, sekaligus penulis naskah.

Menurut Harry, film tersebut mengeksplorasi dunia mistis berdasarkan pengalaman pribadinya sejak 1979 hingga dewasa, tentang bagaimana praktik ilmu hitam, iblis, dan setan tetap hidup di tengah masyarakat modern.

“Film ini lahir dari kegelisahan. Saya melihat masyarakat tak berdaya menghadapi tekanan hidup dan akhirnya memilih jalan mistis, tekanan yang bahkan terasa lebih menghimpit dibanding masa penjajahan dulu,” kata Harry saat ditemui di kawasan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan beberapa waktu lalu.

| Baca Juga: Fachri Albar Ditahan, Netizen Pertanyakan Nasib ‘Pengabdi Setan 3’

Harry menjelaskan bahwa film itu bukan sekadar hiburan menyeramkan, melainkan refleksi mendalam tentang persinggungan dunia modern dengan dunia gaib. Ceritanya akan menggambarkan praktik okultisme lokal, khususnya dari budaya Jawa.

“Sejak kecil, saya hidup di antara dua dunia. Satu yang modern, bergerak cepat dari lampu petromaks ke listrik, dari radio menuju televisi hingga internet. Satunya lagi, dunia gaib yang tersembunyi namun selalu hadir. Seperti perdukunan, okultisme, dan ritual mistis yang berdampingan dengan kemajuan zaman,” ungkap pria kelahiran Jakarta, 12 Desember 1969 itu.

Film ‘Terikat Jalan Setan’ menyuguhkan tiga cerita horor yang saling terhubung dengan pendekatan autentik terhadap okultisme lokal.

“Film ini adalah semi-antologi di mana kita akan berhadapan dengan sebuah konsep yang menghadirkan tiga cerita yang dijahit dengan satu cerita,” papar Harry.

| Baca Juga: Ada Animator Cimahi di Balik Kesuksesan Film Animasi ‘Jumbo’

Pemeran Budi dalam film ‘Kuldesak’ itu menolak gaya horor Barat, yang menurutnya hanya mengejar efek visual tanpa kedalaman psikologis dan budaya.

“Memindahkan okultisme lokal ke layar lebar dengan gaya Barat seperti ‘pemerkosaan’ budaya bagi saya,” tegas sutradara ‘Jenderal Kancil The Movie’ itu.

Film itu juga menghadirkan visual mistis kuat, termasuk adegan kemunculan sosok gaib dari jantung pisang saat malam purnama.

“Apa yang terjadi ketika batas antara modernitas dan mistisisme runtuh? Film ini adalah jawaban sekaligus pertanyaan yang saya ajukan kepada kita semua,” tutur Harry Dagoe.

Dia menambahkan, “Dalam tema kali ini ketika saya menulis bentuk itu benar-benar harus lahir, jadi memang tidak bisa dibuat dengan film mainstream satu arah saja. Supaya apa yang saya sampaikan akan sampai dan akan jadi pengalaman yang unik bagi penonton film Indonesia.”

| Baca Juga: Poppy Sovia Jadi Istri Ustadz di Film ‘Godaan Setan yang Terkutuk’

Harry juga menekankan keseriusannya dalam membangun atmosfer mistis secara sinematik.

“Saya sangat hati-hati dan fokus dalam menyatukan skrip, visual, dan montage agar mampu menghadirkan atmosfer mistis lokal secara sinematik, memberikan dampak emosional mendalam yang bertahan lama setelah penonton meninggalkan bioskop,” jelas Harry.

Proyek itu digarap selama tiga tahun, menjadikannya salah satu proyek horor lokal paling ambisius belakangan ini. Setiap elemen, dari sinematografi, editing, CGI, scoring musik, hingga finalisasi, dikerjakan secara detail.

“Ini bukan sekadar film horor, tapi sebuah pengingat bahwa kejahatan datang bukan hanya karena dipanggil, tapi karena kita sendiri yang terlalu ingin,” tandasnya.

| Baca Juga: Diperankan Raihaanun, ‘Angkara Murka’ Angkat Cerita Horor Pertambangan

Pemain ‘Terikat Jalan Setan’ Larut dalam Cerita

Terikat Jalan Setan didukung oleh jajaran pemeran seperti Yama Carlos, Erna Santoso, Elly Ermawaty, Erlando Saputra, Dessy Murthy, Gabriella Larasati, Della Ogini, Haniv Hawakin, Madeline, dan Mervinta. Pemilihan pemain dilakukan dengan seksama demi menjaga kekuatan emosional dan keaslian cerita.

Yama Carlos yang memerankan karakter Bismo mengaku mendapatkan pengalaman berbeda selama proses syuting.

“Ini pertama kali saya satu project dengan Mas Harry. Saya sudah tahu Mas Harry sejak awal saya berkarier (di dunia hiburan). Jujur dari dulu saya pengin ngerasain kerja sama dengan Mas Harry. Karena dari beberapa rekan saya sudah pernah syuting sama Mas Harry, Mas Harry berani membuat adegan-adegan atau story yang ekstrem. Itulah yang pengin saya rasakan dan akhirnya tahun lalu kesampaian, bisa bekerja sama dengan Mas Harry,” ungkap Yama.

Selama syuting, Yama benar-benar larut dalam karakter yang dimainkan hingga sering bergidik ngeri saat adegan krusial.

“Mas Harry Dagoe itu gila kalau membuat film. Selama 25 tahun saya berkarya sebagai aktor, baru kali ini distutradarai dengan perspektif pengadeganan yang sangat unik. Beliau membuat kami benar-benar larut dalam peristiwa fiktif yang terasa nyata, baik cinta, kemarahan, hingga kehadiran sosok gaib di depan kami,” ujar Yama.

| Baca Juga: Luna Maya Mengaku Filmnya Pernah Gagal dan Rugi Besar

Erna Santoso juga membagikan pengalamannya bermain dalam film ini. Awalnya, Erna sempat ragu menerima tawaran Harry karena perannya yang ekstrem.

“Sempat ragu, ‘Saya ambil nggak ya?’ Karena di sini peran saya sebagai seorang ibu pemakan bayi. Sedangkan saya adalah Ketua Yayasan Peduli Anak Indonesia. Dalam hati, ‘Kok Ketua Yayasan Peduli Anak Indonesia makan bayi?'” tutur ibunda Ardina Rasty itu.

Namun setelah mempertimbangkan keseriusan Harry, Erna menerima tantangan tersebut.

“Karena saya lihat Mas Harry serius kalau garap sesuatu dan saya ditantang bahwa ini profesi maka saya terima. Ternyata syutingnya berat. Saya beberapa kali mengalami hal-hal tidak masuk akal.”

Erna bahkan mengalami pengalaman aneh selama syuting, seperti vertigo mendadak dan lupa dialog, terutama saat syuting malam hari.

“Saya pernah mendadak vertigo dan lupa dialog. Mas Harry hanya menenangkan saya. Anehnya, setelah beberapa menit, adegan tersebut ternyata sudah selesai direkam, dengan hasil yang sangat baik. Itu pengalaman gaib pertama saya di lokasi syuting sepanjang puluhan tahun menjadi pemeran,” ungkap Erna. (*)

Read Entire Article
Kerja Bersama | | | |