
Hujan deras yang mengguyur Kabupaten Sukabumi sejak Rabu malam (5/3/2025) membawa petaka, yakni banjir besar merendam ratusan rumah, menghancurkan fasilitas umum, dan merenggut tiga nyawa.
Namun, di antara tragedi itu, ada kisah memilukan yang menyentuh hati banyak orang. Zahra (40) dan putrinya, Nurul (3), ditemukan tak bernyawa dalam kondisi berpelukan di rumah kontrakannya yang terendam banjir Sukabumi.
Tepatnya, tragedi itu terjadi di Kampung Gumelar, Pelabuhanratu. Saat banjir datang, Zahra dan Nurul terjebak di dalam kontrakan mereka. Harapan untuk selamat pupus ketika air terus naik, menyapu perabotan dan meruntuhkan harapan untuk bertahan.
Ketika Tim SAR akhirnya menemukan mereka pada Jumat (7/3) siang, ibu dan anak itu masih dalam pelukan terakhir mereka, seolah Zahra ingin melindungi buah hatinya hingga napas terakhir.
| Baca Juga: Rilus Siko, Pesepak Bola Berkaki Satu dengan Sejuta Mimpi
Rumah Dikunci Suami?
Dikutip dari berbagai sumber, di balik tragedi ini, muncul dugaan yang semakin menambah kegetiran. Beberapa warga menyebut bahwa Aang, suami Zahra, telah mengunci rumah mereka sebelum pergi berdagang, membuat Zahra dan Nurul tidak bisa keluar ketika banjir datang.
Ketua RW 22 Kampung Gumelar, Reza, mengatakan bahwa Aang sebelumnya juga memberi tahu warga bahwa istri dan anaknya sudah mengungsi ke Kecamatan Cikakak, yang belakangan terbukti tidak benar.
“Kami tanya ke dia, katanya istri dan anaknya sudah ke Cikakak. Tapi setelah kami cari di sana, mereka tidak ditemukan. Ternyata masih ada di rumah,” ujar Reza.
Warga yang marah menduga bahwa Aang telah menelantarkan keluarganya dan memberikan informasi palsu untuk menutupi kelalaiannya. Saat jasad Zahra dan Nurul ditemukan di dalam rumah yang terkunci, emosi warga pun memuncak.
| Baca Juga: Kisah Tiffany Wedekind Alami Penuaan 10 Kali Lebih Cepat
Cinta Seorang Ibu di Tengah Bencana
Bagi mereka yang mengenal Zahra, ia adalah sosok ibu yang penuh kasih. Seorang tetangga, Siti (38), mengenang bagaimana Zahra selalu menggendong Nurul dengan penuh kelembutan. “Nurul itu anaknya ceria, suka bermain di halaman rumah. Ibunya sangat menyayanginya,” ujarnya dengan mata berkaca-kaca.
Ketika banjir mulai naik, Zahra mungkin tahu bahwa dirinya dan anaknya dalam bahaya. Namun, dalam detik-detik terakhir, ia memilih untuk memeluk Nurul erat-erat, memberikan satu-satunya perlindungan yang bisa ia berikan.
Pelukan itu bukan sekadar bentuk kasih sayang, tetapi juga keputusasaan seorang ibu yang ingin mempertahankan anaknya dari kekuatan alam yang tak terelakkan.
Duka yang Menyelimuti Sukabumi
Berita tentang Zahra dan Nurul menyebar cepat. Warga yang sebelumnya marah kepada Aang, suami Zahra, seketika diliputi kesedihan. Kemarahan mereka bercampur dengan duka yang mendalam, menyadari betapa tragisnya nasib ibu dan anak ini.
Pada Jumat malam (7/3), jenazah mereka dimakamkan di Kampung Ciganas, Desa Sirnarasa, Kecamatan Cikakak. Prosesi pemakaman diiringi isak tangis keluarga dan tetangga yang merasa kehilangan.
“Ini bukan hanya kehilangan bagi keluarganya, tapi bagi kami semua. Zahra dan Nurul adalah bagian dari kami,” ujar seorang warga. (*)