Pentingnya Vaksinasi HPV bagi Wanita Pranikah dan Pascapersalinan

2 days ago 11

Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI) resmi mengeluarkan rekomendasi klinis terbaru untuk vaksinasi Human Papillomavirus (HPV). Yakni, menargetkan wanita pra-nikah dan pascapersalinan atau ibu menyusui.

Rekomendasi itu disusun berdasarkan bukti ilmiah terkini dan bertujuan untuk memperkuat pencegahan primer kanker serviks, sebagai jenis kanker dengan kasus terbanyak ke tiga di Indonesia.

Berdasarkan data Globocan 2022, kanker serviks merupakan kanker terbanyak ke dua pada wanita Indonesia, dengan lebih dari 36.000 kasus baru dan lebih dari 20.000 kasus kematian. Lebih dari 95 persen kasus ini disebabkan infeksi HPV risiko tinggi.

“Wanita yang sudah aktif secara seksual sejak usia dini memiliki risiko lebih tinggi terinfeksi Human Papillomavirus (HPV), virus penyebab utama kanker serviks,” ujar Prof. Dr. dr. Yudi Mulyana Hidayat, Sp.OG, Subsp. Onk, Ketua Umum POGI dalam temu media di Jakarta, baru-baru ini.

| Baca Juga: YKI Jatim Tingkatkan Kesadaran untuk Deteksi Dini Kanker Serviks

Menurut Prof. Yudi, semakin dini seorang wanita melakukan hubungan seksual, semakin besar peluang virus HPV masuk ke dalam serviks (mulut rahim).

Virus ini ditularkan melalui kontak seksual dan bisa bertahan dalam tubuh tanpa gejala selama bertahun-tahun.

“Apalagi kalau sudah aktif seksual sebelum menikah, ini paling rentan. Virus masuk ke leher rahim dan bisa menyebabkan perubahan sel yang akhirnya menjadi kanker,” ungkapnya.

Data menunjukkan bahwa sekitar 84,6 persen perempuan yang diperiksa terinfeksi HPV, baik dari jenis risiko tinggi maupun rendah.

“Di Indonesia, tipe HPV risiko tinggi yang paling umum ditemukan adalah tipe 52, 16, 18, 58, yang sebagian besar ditularkan melalui aktivitas seksual,” kata Prof. Yudi.

| Baca Juga: Pentingnya Skrining dan Deteksi Dini Untuk Tekan Angka Kematian Penderita Kanker Paru

Selain perilaku seksual, kebiasaan merokok dan kurangnya kebersihan organ intim wanita juga menjadi faktor risiko tambahan.

“Wanita yang merokok itu jauh lebih berisiko. Rokok bisa melemahkan daya tahan tubuh dan memicu perubahan sel di serviks,” ujar Prof. Yudi.

Dia menambahkan bahwa infeksi di area kewanitaan seperti keputihan akibat jamur atau bakteri bisa menyebabkan luka, yang menjadi pintu masuk ideal bagi HPV.

“Mulut rahim yang sehat itu mulus, tanpa luka. Tapi kalau ada luka, virus HPV bisa lebih mudah masuk,” ujarnya.

| Baca Juga: Kebiasaan yang Bisa Picu Kanker Bagi Anak, Yuk Hindari!

Prof. Yudi mengatakan, setiap jam, dua wanita Indonesia meninggal akibat kanker serviks. Ini bukan sekadar angka, tapi panggilan darurat bagi semua pihak. Padahal, infeksi HPV dapat dicegah melalui vaksinasi HPV.

Vaksinasi HPV menjadi langkah pencegahan primer paling efektif untuk melindungi wanita dari kanker serviks, terutama bagi mereka yang belum aktif secara seksual.

“Vaksin HPV membentuk antibodi spesifik untuk melindungi tubuh dari perubahan sel akibat virus. Bahkan jika sudah terpapar, vaksin tetap bisa membantu mencegah kanker berkembang,” kata Prof. Yudi.

Menurut Prof Yudi, kelompok wanita dewasa yang belum pernah divaksinasi, seperti yang berada dalam fase pranikah dan pascapersalinan, masih perlu menjadi perhatian dalam perluasan upaya perlindungan.

“Dianjurkan seseorang melakukan vaksinasi HPV sebelum aktif secara seksual, seperti pada fase pranikah. Untuk ibu yang sedang menyusui, juga dapat menerima vaksinasi HPV,” ujarnya.

| Baca Juga: Perjuangan Adik Olla Ramlan Lawan Kanker, Pernah Mati Suri 3 Jam

POGI merekomendasikan vaksinasi dilakukan pada umur 9 sampai dengan 14 tahun, meskipun vaksin tetap bisa diberikan hingga usia 26 tahun atau lebih, tergantung kondisi masing-masing individu.

“Dengan vaksin, tubuh memiliki antibodi yang siap melawan virus, bahkan sebelum virus menimbulkan perubahan sel,” ujarnya.

Wanita pranikah yang belum terpapar HPV memiliki peluang perlindungan paling maksimal dari vaksin.

“Semakin dini melakukan hubungan seksual, semakin tinggi risiko terkena HPV. Vaksin sebelum aktif seksual memberi perlindungan terbaik,” ujar Prof. Yudi.

Ia mengatakan, “Melalui rekomendasi ini, POGI ingin memberikan panduan berbasis ilmiah bagi dokter dan tenaga kesehatan untuk memperluas cakupan perlindungan, khususnya bagi kelompok pranikah dan pascapersalinan yang belum pernah menerima vaksinasi HPV.”

| Baca Juga: Dengan ‘CERDIK’, Kanker Dapat Dicegah hingga 50 Persen!

Vaksinasi bisa cegah hingga 90 persen kanker terkait HPV.

Rekomendasi ini disusun oleh Kelompok Kerja Eliminasi Kanker Serviks POGI di bawah pimpinan Dr. dr. Fitriyadi Kusuma, Sp.OG, Subsp.Onk, sebagai panduan teknis bagi tenaga kesehatan.

“Vaksinasi sebelum aktivitas seksual dapat mencegah hingga 90% kanker terkait HPV, sementara pada wanita yang sudah aktif secara seksual, vaksin tetap dapat membantu dalam mengurangi risiko dan memberikan perlindungan dari kanker serviks,” jelas dr. Fitriyadi.

Selanjutnya disampaikan, vaksinasi HPV pada masa pascapersalinan bisa menjadi bagian integral dari kunjungan nifas. Vaksinasi HPV dapat diberikan untuk ibu menyusui dan dapat diberikan bersamaan dengan layanan skrining serviks. Diharapkan dengan kunjungan rutin, tingkat keberhasilan vaksinasi HPV di kategori ini cukup tinggi.

Dengan menjadikan fase pranikah dan pascapersalinan sebagai titik masuk strategis, vaksinasi HPV diharapkan mampu menekan angka kematian akibat kanker serviks dan mempercepat tercapainya target eliminasi secara nasional dan global. (*)

Read Entire Article
Kerja Bersama | | | |