Mata Kering Bisa Jadi Alarm Awal Autoimun

19 hours ago 5

Gejala dry eye atau mata kering seperti terasa panas, mengganjal, atau perih, sering kali dianggap sepele. Padahal, keluhan ini bisa menjadi tanda awal autoimun, kondisi di mana sistem kekebalan tubuh menyerang jaringan sehat, termasuk kelenjar air mata.

“Mata kering bukanlah sebuah kondisi ringan. Bagi sebagian pasien, mata kering justru bisa menjadi indikasi proses autoimun yang berlangsung diam-diam dalam tubuh. Jangan mengabaikan keluhan mata kering. Sebab, bisa jadi keluhan tersebut mencerminkan masalah kesehatan sistemik yang perlu ditangani seawal mungkin,” ujar dr. Niluh Archi, SpM (dr. Manda), Dokter Spesialis Mata Kering dan Lensa Kontak di JEC Eye Hospitals and Clinics.

Hal senada juga disampaikan Dr. dr. Laurentius Aswin Pramono, M.Epid, SpPD-KEMD, Dokter Penyakit Dalam JEC. Ia menjelaskan, mata kering bisa menjadi pintu masuk untuk mendeteksi berbagai penyakit serius, termasuk autoimun.

“Sering kali mata kering itu pintu masuk bagi penyakit lain. Misalnya hipertiroid, diabetes, gangguan hormonal, dan terutama autoimun. Gejala mata kering bisa jadi permukaan dari masalah sistemik yang jauh lebih dalam,” jelas dr. Aswin saat diskusi media belum lama ini.

| Baca Juga: Berkaca dari Dewi Yull, Lakukan Kebiasaan ini Agar Terhindar Ablasio Retina

Dr. Aswin menambahkan bahwa mata kering biasanya disebabkan faktor lingkungan dan usia. Bisa sembuh dengan pengobatan ringan seperti obat tetes mata.

Namun, mata kering akibat autoimun cenderung tidak membaik hanya dengan tetes mata dan sering disertai gejala sistemik lain.

Dry eye biasa itu karena lingkungan, penggunaan, dan lain sebagainya. Kalau dry eye autoimun itu nggak mudah sembuh meski dengan obat tetes atau disertai gejala lain,” ungkapnya.

Studi menyebutkan, antara 10 hingga 95 persen pasien dengan gangguan sistem imun mengalami mata kering. Bahkan, menurut American Academy of Ophthalmology, sekitar 10 persen pasien dengan penyakit mata kering menderita Sindrom Sjogren (SS), autoimun kronis yang menyerang kelenjar air mata dan air liur.

Sayangnya, dua pertiga kasus tidak terdiagnosis. Tanpa penanganan dini, bisa muncul komplikasi seperti luka pada kornea, infeksi, hingga gangguan penglihatan permanen.

| Baca Juga: Serap Vitamin D Melimpah, Ini Waktu dan Cara Berjemur yang Tepat

Gejala Sepele Tapi Bisa Berbahaya

Di Indonesia, prevalensi mata kering berada di kisaran 27,5 persen hingga 30,6 persen, menjadikannya sebagai salah satu gangguan mata paling umum, namun sering kali tidak disadari.

Kurangnya kesadaran dan edukasi membuat banyak penderita tidak menyadari bahwa gejala yang dialami bisa jadi bagian dari kondisi autoimun.

“Dalam banyak kasus, gejala awal penyakit autoimun sering kali muncul dalam bentuk yang tidak spesifik. Salah satunya, timbulnya mata kering. Karena itu, kolaborasi multidisiplin antara dokter mata dan dokter penyakit dalam menjadi sangat penting untuk mengenali pola-pola peradangan sistemik sejak dini,” jelas dr. Aswin.

Ia juga menjelaskan bahwa dalam kasus autoimun, kelenjar air mata bisa rusak akibat serangan sistem imun, sehingga produksi air mata berkurang dan menyebabkan mata menjadi kering dan meradang, hingga keratitis (peradangan kornea).

| Baca Juga: Kenali Kanker Empedu, Ancaman Tersembunyi yang Perlu Diwaspadai

Ada empat jenis autoimun yang kerap memicu gejala mata kering, yaitu Sindrom Sjögren yang terjadi ketika sistem imun menyerang kelenjar penghasil air mata dan air liur, sehingga penderitanya bisa mengalami mata kering sekaligus mulut kering secara bersamaan. Lainnya, Lupus, Rheumatoid Arthritis (RA), dan Scleroderma.

Keempatnya menyebabkan inflamasi sistemik yang berdampak pada permukaan mata. “Pasien Sjogren itu 100 persen gejalanya mata kering, untuk lupus 70 persen. Tapi masih banyak yang tidak terdeteksi karena diabaikan. Kalau dicek, banyak ternyata positif Sjogren. Tapi itu bisa diobati,” ungkap dr. Aswin.

Jika dibiarkan, mata kering karena autoimun bisa berkembang menjadi radang kornea (keratitis), luka terbuka pada mata, infeksi, hingga gangguan penglihatan permanen.

Autoimun bisa menyerang kelenjar air mata sehingga produksi air mata menurun drastis, menyebabkan mata terus menerus iritasi.

Dry eye itu bisa juga dikaitkan dengan kondisi-kondisi penyakit yang lain. Jadi jangan ragu untuk diperiksa. Ada kemungkinan keluhannya bukan sepele, tapi ternyata tidak sesederhana itu,” tegas dr. Niluh.

| Baca Juga: Fenomena Bediding Melanda, Begini Tips Jaga Badan Tetap Fit

Penanganan mata kering akibat autoimun jelas tidak cukup dengan solusi instan seperti tetes mata. Diperlukan diagnosis menyeluruh, teknologi medis akurat, dan kolaborasi multidisiplin dari berbagai dokter spesialis, mata, penyakit dalam, hingga reumatologi, serta diagnostik yang akurat untuk menemukan akar masalahnya. Hingga pasien bisa mendapatkan terapi yang menyeluruh dan berkelanjutan.

“Supaya penanganannya tepat, bukan hanya matanya yang diobati, tapi seluruh organ diperiksa secara terpadu. Tujuannya, agar kualitas hidup pasien ikut membaik,” kata dr. Niluh.

Gejala kecil seperti mata kering ternyata bisa menjadi sinyal tubuh untuk kondisi serius. Di tengah gaya hidup sibuk dan paparan layar digital yang tinggi, penting untuk tidak mengabaikan sinyal tubuh sekecil apa pun. Karena terkadang, dari satu tetes air mata yang hilang, bisa terlihat banyak hal yang sedang terjadi di dalam tubuh kita. (*)

Read Entire Article
Kerja Bersama | | | |