Puluhan tahun berlalu sejak Raden Ajeng Kartini menulis surat-suratnya yang menggugah dari Jepara. Namun pada Senin, (21/4/2025) lalu, suara dan semangatnya kembali menggema di Museum Nasional Indonesia lewat pementasan bertajuk ‘Terbitlah Terang: Pembacaan Surat dan Gagasan Kartini’.
Istimewanya, pertunjukan itu hasil kolaborasi lintas generasi para seniman ternama Indonesia. Dari Christine Hakim, Cinta Laura hingga Chelsea Islan. Lebih dari sepuluh nama besar dunia seni tampil dalam satu panggung untuk menyuarakan kembali isi hati Kartini yang ditulis lebih dari seabad lalu.
Panggung kolaborasi tersebut digarap oleh tim Titimangsa dan disutradarai oleh Sri Qadariatin. Pementasan ini bukan sekadar pembacaan teks, melainkan perwujudan dari semangat dan pemikiran Kartini dalam bentuk pertunjukan sastra dan suara.
| Baca Juga: Pesan Hari Kartini 2025 dari Para Artis Ini Bikin Kaum Hawa Terharu
Menurut Happy Salma, pendiri Titimangsa sekaligus salah satu pembaca surat dalam pertunjukan tersebut, prosesnya sudah disiapkan sejak lama.
“Kami sudah menyusun fragmen surat Kartini bertahun-tahun lalu. Kadang surat tercecer, lalu kami update lagi. Sampai akhirnya tiba di tangan sutradara,” ungkap Happy usai pementasan.
Ia menambahkan bahwa pertunjukan ini membuktikan kekuatan kolaborasi dalam seni. “Puluhan tahun yang lalu, ada sosok yang menyampaikan gagasan lebih maju. Soal pendidikan, kesetaraan, dan peran serta laki-laki dan perempuan. Dan kini, kita menyuarakan kembali itu bersama-sama,” jelasnya.
Suara Multigenerasi untuk Satu Gagasan

Yang menarik, para seniman yang terlibat datang dari beragam latar dan usia. Ada tokoh-tokoh besar dunia film seperti Reza Rahadian, Christine Hakim, dan Marsha Timothy. Ada pula wajah-wajah generasi muda seperti Lutesha, Maudy Ayunda, hingga Bagus Ade Saputra.
Mereka tidak hanya membaca, tapi menghidupkan kembali setiap kalimat yang pernah diketikkan Kartini untuk sahabat-sahabatnya di Belanda. Emosi, keberanian, keraguan, dan keyakinan Kartini ditampilkan dalam intonasi, ekspresi, dan gerak yang dirancang dengan sangat artistik.
| Baca Juga: Kartini Masa Kini: Sastia Prama Putri jadi Ilmuwan ‘Tempe’ di Jepang
Ratna Riantiarno, yang membuka pementasan sebagai narator, membacakan surat Kartini dari tahun 1911. Di atas panggung miring rancangan Iskandar Loedin, ia menyampaikan: “Surat-surat sederhana tentang budi dan akal, tak disangka pemikiran Kartini jadi terkenal. Diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris di tahun 1920 dan dibaca publik internasional.”
Dalam fragmen lain, Chelsea Islan membacakan bagian surat yang menyentuh tema kebebasan perempuan: “Aku ingin bebas agar bisa berdiri sendiri… Tapi kami harus menikah. Tidak menikah adalah dosa terbesar bagi perempuan Muslim.”
Sementara Cinta Laura menambahkan, “Tidak ada kegagalan hidup yang besar bagi perempuan yang belum menikah, yang sekaligus merupakan aib.”
Pertunjukan tersebut ditutup dengan pembacaan dari Happy Salma sendiri, menggaungkan kalimat penutup yang tak lekang oleh waktu. “Sehabis gelap gulita, hadir lagi membawa keindahan. Kehidupan manusia serupa alam. Habis gelap, terbitlah terang,” ucapnya. (*)