Kisah Tiffany Wedekind Alami Penuaan 10 Kali Lebih Cepat

1 week ago 21
 Instagram/yelpcbus)Tiffany Wedekind mengalami penuaan 10 kali lebih cepat (Foto: Instagram/yelpcbus)

Wanita asal Ohio, Amerika Serikat bernama Tiffany Wedekind mengidap penyakit langka. Dia mengalami penuaan dini ekstrem yang dikenal dengan sindrom progeria Hutchinson-Gilford.

Sindrom tersebut membuatnya mengalami penuaan 10 kali lebih cepat. Di usianya yang baru 47 tahun, kulitnya sudah sangat berkerut dan rambutnya mengalami kerontokan ekstrem.

Tiffany baru sadar mengidap sindrom tersebut ketika usianya sudah 31 tahun. Semua bermula dari giginya yang perlahan patah saat usianya 20-an.

Saat memeriksakan diri, diagnosis dokter masih belum keluar. Namun ketika kakak laki-lakinya, Chad akan melakukan operasi jantung, barulah diagnosis tersebut muncul.

Dokter mengatakan, sindrom progeria tersebut ternyata memang berada dalam gen keluarga Wedekind. Dia pun mengatakan, umumnya pengidap sindrom itu tidak berusia panjang.

Hal tersebut dikarenakan seseorang yang mengidap sindrom tersebut memiliki kemungkinan untuk memiliki serangan jantung atau stroke.

| Baca Juga: Usus Pria Ini Dipotong Gegara Pakai Alat Simulasi Melahirkan

Tiffany sendiri juga didiagnosis dengan aorta stenosis, yaitu kondisi dimana terjadi penyempitan aorta jantung.

Meski demikian, dia mengaku telah hidup sebaik mungkin. Dia sudah pernah menikah, bercerai, menjadi seorang pebisnis, dan menjadi seorang pegiat yoga sehingga tubuhnya tetap sehat.

“Kematian ada di depan mataku setiap hari, tapi aku sering kali melupakannya. Aku sudah menjalani kehidupan yang tidak kuharapkan. Aku tahu hidup bisa berakhir begitu saja. Tapi kamu tidak perlu takut soal itu,” terangnya, sebagaimana dikutip dari Unilad, Minggu (2/3/2025).

 Instagram/yelpcbus)Tiffany saat melakukan kegiatan kesukaannya (Foto: Instagram/yelpcbus)

Sindrom penuaan dini yang diidapnya membuat Tiffany Wedekind memiliki penampilan yang jauh lebih tua dari seharusnya. Tidak hanya itu, tubuhnya pun kecil dan kurus layaknya orang tua.

Meski demikian, dia tidak malu untuk menunjukkan penampilannya pada dunia.

“Aku tidak takut untuk memperlihatkan diriku yang botak dan ompong. Orang-orang perlu melihatku sebagaimana diriku yang sesungguhnya. Bukan menjadi masalah kalau aku tidak memiliki rambut. Aku adalah aku terlepas dari kondisiku,” ungkapnya.

Sayangnya, hal tersebut tidak berlaku pada Chad. Dia telah meninggal di usia 39 tahun pada 2011 lalu. Kejadian tersebut ternyata sempat membuat Tiffany trauma.

| Baca Juga: Atlet Seluncur Indah Maxim Naumov Kenang Orangtua di ‘Legacy On Ice’

“Saat pertama kali mendapat diagnosa itu, kami berpikir, ‘Wah itu gila’. Dokter berkata, ‘Kalian sudah hidup hingga sekarang, di luar ekspektasi’. Tapi tiba-tiba saja Chad meninggal. Itu pengalaman traumatis bagiku,” ujarnya.

Namun Tiffany Wedekind dengan cepat berusaha untuk bangkit kembali. Dia berusaha untuk menyibukkan dirinya dengan hal-hal bermanfaat.

“Aku hidup dalam lingkungan yang baik. Aku adalah seorang pemimpi. Aku ingin orang-orang berhenti fokus pada kondisi penuaan dini ini. Aku ingin mereka melihatnya sebagai sebuah keistimewaan,” ujarnya.

“Aku ingin fokus pada kehidupanku. Aku sangat unik. Aku seperti ikan yang secara konsisten berusaha untuk keluar dari laut yang gelap. Tinggiku mungkin hanya 121 cm dan beratku hanya 25 kg, tapi aku sangat kuat,” lanjutnya. (*)

Read Entire Article
Kerja Bersama | | | |