
Profesor psikiatri Na Jong Ho menyebut kematian Kim Sae Ron adalah contoh ‘Squid Game’ di dunia nyata. Terutama pada masyarakat Korea Selatan.
Aktris pemeran drama ‘Bloodhounds’ itu ditemukan meninggal dunia di rumahnya pada Minggu (16/2) sore waktu setempat. Polisi menyimpulkan kalau mendiang memilih mengakhiri hidupnya sendiri.
Sae Ron memang menjalani kehidupan yang berat selama tiga tahun belakangan. Kariernya runtuh begitu saja setelah tersandung skandal mengemudi dalam keadaan mabuk.
Lewat akun Facebook-nya, Senin (17/2), Na Jong Ho yang menjadi asisten profesor di Jurusan Psikiatri Fakultas Kedokteran Universitas Yale di Amerika Serikat, menyampaikan belasungkawa. Serta menyoroti bagaimana masyarakat bisa menghukum orang lain dengan kejam.
| Baca Juga : Won Bin Menangis, Artis Korea Datangi Ruang Duka Kim Sae Ron
“Mengemudi dalam pengaruh alkohol adalah kesalahan besar. Kalau hukumannya ringan, berarti ada kesalahan pada sistem hukum kita. Namun, jika seseorang dihukum tanpa mendapatkan kesempatan untuk bangkit dan dihapuskan dari masyarakat, itu bukan tanda masyarakat yang sehat,” tulisnya.
“Membuang orang yang telah membuat kesalahan dan mengabaikan mereka seolah-olah tidak ada yang terjadi, mencerminkan masyarakat kita mirip ‘Squid Game’ dalam skala yang lebih besar,” lanjutnya.
Dia juga menyebut bahwa kematian seseorang adalah hasil gabungan dari berbagai faktor, termasuk sosial, ekonomi, psikologis, dan biologis yang kompleks.
“Tewasnya Kim Sae Ron terasa seperti kematian yang terdesak ke ujung jurang. Berapa banyak lagi nyawa yang harus menghilang sebelum kita berhenti memberikan rasa malu yang menghancurkan seseorang. Tanpa memberi ruang untuk mereka bernapas?,” jelasnya.
| Baca Juga : Mengenang Kim Sae Ron, Akhiri Hidup Setelah Kena Cancel Culture
Sae Ron menghadapi kritikan pedas setelah skandal yang menimpanya pada 2022 lalu. Dia menjadi target cancel culture. Pekerjaan utamanya sebagai selebriti meredup begitu saja dan terpaksa untuk bekerja paruh waktu di kafe dan restoran.
Dilaporkan bahwa aktris kelahiran 2000 itu juga berutang kepada mantan agensinya, Gold Medalist sebanyak KRW 700 juta (Rp7,9 miliar).
Uangnya digunakan untuk membayar denda pengadilan sebesar KRW 20 juta (Rp226 juta). Serta ganti rugi atas benda-benda yang rusak dan bisnis yang terganggu akibat pemadaman listrik selama 4,5 jam akibat mobil yang menabrak transformator.
Jumlah utangnya bisa mencapai ratusan juta Won karena ada denda pelanggaran kontrak. Terutama kontrak iklan dengan beberapa perusahaan. Mendiang berjanji akan membayar utangnya, namun ternyata dia meninggal dunia.
| Baca Juga : Keinginan Terakhir Mendiang Kim Sae Ron Diungkap Sahabat
Di sisi lain, pengibaratan ‘Squid Game’ yang digunakan oleh profesor Na Jong Ho tidak terlepas dari makna drama itu sendiri.
Sutradara Hwang Dong Hyuk mengungkapkan bahwa proyek garapannya itu adalah sebuah cerita yang merepresentasikan masyarakat modern. Saling bersaing secara esktrem dalam kehidupan.
Juga menggambarkan bagaimana ketimpangan serta ekspolitasi sosial dan ekonomi di masyarakat. Mereka yang berada dalam keadaan terdesak akan rela melakukan apa pun, bahkan meski harus sesuatu yang mengancam nyawa.
Dalam dramanya, dikisahkan bahwa para pemain terilit utang dengan jumlah yang besar. Demi hadiah uang, mereka tidak peduli jika harus saling membunuh dan menganggap kematian pemain lain adalah hal yang menguntungkan.
Sementara itu, jenazah Kim Sae Ron akan dimakamkan pada 19 Februari mendatang.(*)