Di tengah rimbunnya pepohonan di sepanjang Jalan Raya Nongkojajar, Pasuruan, Jawa Timur, berdiri beberapa bangunan bertingkat berwarna krem dengan tulisan SMK Tanoko di gerbangnya.
Sekolah menengah kejuruan tersebut didirikan Hermanto Tanoko, pendiri PT Tancorp Abadi Nusantara yang menaungi berbagai perusahaan seperti Avia Brands, Tanobel Food, hingga CLEO.
Hermanto mendirikan SMK khusus untuk anak miskin, yatim, piatu, atau yatim piatu. Tanpa memungut biaya masuk, alias gratis. Namun, fasilitasnya tidak kalah lengkap dari sekolah berbayar pada umumnya.
| Baca Juga : Diklaim Redakan Stres, Tren Isap Empeng Dewasa di Tiongkok
Lengkap dan Gratis
SMK Tanoko resmi berdiri pada 2023. Hermanto menginvestasikan biaya mencapai 20 hingga 30 miliar rupiah untuk membangun sekolah dengan kapasitas yang mampu menampung 300 orang.
Bangunannya terdiri dari dua gedung sekolah, aula, ruang makan, perpustakaan, lapangan olahraga, dua gedung asrama untuk putra dan putri, dan lima ruang ibadah untuk lima agama, termasuk Kristen, Islam, Budha, Hindu, dan Konghucu.

“Saya mau anak-anak ini, bukan hanya sehat secara jasmani, tapi juga rohani,” kata Hermanto saat ditemui Nyata di SMK Tanoko pada Jumat (1/8) lalu.
Perjalanan pebisnis berusia 62 tahun itu untuk mengantongi izin operasional sekolah tidak mudah, apalagi gratis. Dia harus mendapat izin dari dua SMK di daerah yang sama.
| Baca Juga : Ibu ‘Monster’ dari China Jual 2 Bayi Demi Beli Baju dan Bayar Influencer
“Mengurus izin ternyata nggak semudah yang saya bayangkan. Ternyata, perlu izin dari dua SMK yang ada di wilayah yang sama. Kita datangi satu demi satu, semuanya menolak. Padahal waktu itu kami sudah menerima beberapa murid,” jelasnya.
Hingga pada suatu hari, perwakilan dari Kementerian Pendidikan Indonesia berkunjung dan menyatakan bahwa SMK Tanoko layak untuk beroperasi.
“Waktu dapat izin itu, rasanya seperti mendapatkan lotre. Gembira sekali. Saya kira prosesnya bisa berjalan secara paralel seperti mengurus perusahaan, ternyata lebih sulit,” kenang Hermanto.
Saat ini, SMK Tanoko baru menyediakan satu jurusan, yakni perhotelan. Meski begitu, para murid juga diberikan kesempatan untuk melatih potensi bakat dan menambah skill melalui beragam ekstrakurikuler.
Ekstrakurikuler yang tersedia meliputi, jurnalistik, merajut, hidroponik (metode budidaya tanaman yang tidak menggunakan tanah sebagai media tanam), English club, ternak lele, mengelas, biopori (lubang pengolahan sampah organik menjadi pupuk, dan bahasa Jepang.
| Baca Juga : Ratu Kecantikan Malaysia Diduga Dilecehkan Pendeta saat Ritual Suci
Murid Pilihan Hermanto
Semua murid yang diterima telah melewati proses seleksi langsung oleh Hermanto. Dia memiliki standar sendiri menyangkut siapa yang layak masuk SMK miliknya.

Ada empat tahapan tes masuk SMK Tanoko. Pertama, tes pengetahuan umum dan psikotes. Jika lolos, akan dilanjut interview bersama guru, kepala sekolah, dan yang terakhir bersama Hermanto langsung.
“Saya mempertimbangkan, lingkungan anaknya harus bagus dulu. Karena saya takut, kalau ada satu yang nggak bagus, bisa memengaruhi yang lain,” tutur bos Avian itu.
“Saya juga nggak menerima anak yang merokok. Karena rasanya kalau saya mau mendidik dia supaya nggak merokok itu akan sulit,” lanjutnya.
Beragam SARA, Beragam Cerita
SMK Tanoko membatasi kuota murid untuk satu angkatan adalah 25 anak. Per Agustus 2025, total muridnya ada 66. Yang menarik, anak-anaknya berasal dari berbagai kota, ras, maupun agama.
| Baca Juga : JF3-Busan Fashion Week Jalin Kolaborasi, Buka Akses Internasional bagi Desainer Muda
Selain itu, mereka juga memiliki latar belakang yang berbeda-beda, terlebih menyangkut kehidupan keluarga.
Seorang siswi bernama Shannon, berbagi cerita kalau dia kehilangan tujuan hidup setelah ayah dan ibunya meninggal dunia karena kanker.
“Saya kehilangan harapan. Papa mama sudah nggak ada, saya mau banggain siapa lagi? Kemudian keluarga papa merekomendasikan masuk ke SMK Tanoko. Di sini saya menemukan tujuan, saya ingin menjadi enterpreneur,” kisahnya.
Pengalaman Hidup Serupa
Ide mendirikan sekolah tercetus dari keinginan Hermanto Tanoko untuk memberdayakan masyarakat. Dia punya visi untuk menciptakan satu juta entrepreneur.
| Baca Juga : Setelah Viral, Bocah Pacu Jalur Akan Tampil di Dubai
“Saya pernah bagi–bagi rombong ke orang-orang usia 40 hingga 50-an. Ngajarin mereka bisnis, cara mengolah makanan yang baik, tapi itu nggak mudah,” tuturnya. Memang ada yang sukses, tapi banyak juga yang gagal.
“Ngajarin orang berumur itu nggak gampang. Akhirnya saya terbesit mau bangun SMK aja. Walaupun jurusannya perhotelan, mereka juga tetap mendapatkan pendidikan untuk menjadi pengusaha,” imbuhnya.
Selain alasan itu, Hermanto ingin membantu orang-orang yang susah juga karena pengalaman masa kecilnya. Dulu, dia dilahirkan di rumahnya yang bekas kandang ayam seluas 1,5 x 9 meter persegi.
Sejak usianya 7 tahun, dia telah diajak ayahnya untuk berjualan. Bahkan, di usia 14 tahun, dia mengelola apotek.
“Umur 14 ditantang oleh ayah untuk mengurus apotek isi 15 karyawan. Waktu itu apoteknya mau dijual. Saya jaga itu dari pulang sekolah sekitar jam 1 kadang sampai jam 9 malam,” kisahnya.
Jiwa bisnis Hermanto akhirnya terus terasah hingga akhirnya kini dia bisa menjadi pebisnis sukses Tanah Air. (*)