Diklaim Redakan Stres, Tren Isap Empeng Dewasa di Tiongkok

1 week ago 11

Empeng dikenal sebagai alat untuk menenangkan bayi. Tapi di Tiongkok, empeng justru menjadi tren anak muda. Alat itu diklaim dapat membantu mengurangi stres dan kecemasan.

Empeng dewasa ini dijual dalam berbagai warna dan ukuran lebih besar dibanding versi bayi. Harganya bervariasi mulai dari 10 yuan (sekitar Rp22 ribu) hingga 500 yuan (sekitar Rp1,1 juta). Beberapa toko online di Tiongkok bisa menjual lebih dari 2.000 unit per bulan.

“Bahannya lembut, nyaman saat diisap, dan tidak mengganggu pernapasan,” tulis salah seorang pembeli empeng tersebut di platform belanja online dikutip dari South China Morning Post, Senin (4/8/2025).

| Baca Juga : Anti Luntur, Ini Tips Makeup Tahan Lama di Cuaca Panas

Ada juga yang mengaku empeng efektif membantu berhenti merokok. “Saya merasa lebih tenang dan tidak gelisah saat berusaha berhenti merokok.”

Meski demikian, dokter menjelaskan penggunaan empeng dalam jangka panjang dapat menimbulkan sejumlah masalah mulut dan kesehatan.

Menurut dokter gigi di Chengdu, Provinsi Sichuan, dr. Tang Caomin, penggunaan empeng dewasa lebih dari tiga jam sehari dapat mengakibatkan pergeseran gigi dan masalah lainnya.

| Baca Juga : Kanker Payudara Sembuh Total, Nunung: Gak Ada Risiko Keturunan

“Potensi kerusakan pada mulut akibat penggunaan empeng dewasa sering diremehkan oleh penjualnya. Mengisap empeng selama lebih dari tiga jam sehari bisa mengubah posisi gigi, bahkan setelah setahun,” ujar Tang.

Selain itu, penggunaan empeng dalam waktu lama dapat memicu ketidaknyamanan saat mengunyah makanan. Bahkan risiko tersedak jika bagian kecil empeng terlepas saat tidur.

Selain dokter, para psikolog juga mengungkapkan keprihatinannya terhadap tren itu. Mereka mengingatkan pentingnya mencari solusi jangka panjang untuk masalah mental.  Bukannya justru bergantung pada cara yang dapat berisiko bagi kesehatan fisik dan mental.

“Solusi sesungguhnya bukan dengan bersikap seperti anak-anak, tapi menghadapi masalah secara langsung,” kata psikolog, Zhang Mo. (*)

Read Entire Article
Kerja Bersama | | | |