NYATA MEDIA — Hati adalah organ super sibuk dalam tubuh. Ia bekerja tanpa henti—menyaring racun, menyimpan energi, dan membantu melawan infeksi. Namun di balik perannya yang vital, banyak orang tidak sadar bahwa hati bisa mengalami penumpukan lemak yang perlahan-lahan merusak fungsinya. Kondisi inilah yang dikenal sebagai fatty liver atau perlemakan hati.
Masalahnya, penyakit ini sering datang tanpa tanda-tanda. Tanpa gejala berarti di tahap awal, fatty liver bisa berkembang menjadi sirosis bahkan kanker hati jika tidak terdeteksi sejak dini.
Fatty liver terjadi ketika sel-sel hati menyimpan terlalu banyak lemak, terutama trigliserida. Siapa pun bisa mengalaminya, meski risikonya meningkat seiring usia di atas 30 tahun.
Menurut dr. Lianda Siregar, Sp.PD, Subsp. G.E.H.(K), FINASIM, perlemakan hati kini menjadi salah satu penyakit hati paling umum selain hepatitis A, B, dan C.
| Baca Juga: Rapper Eminem Diisukan Berkencan dengan Stylist
“Perlemakan hati atau steatosis hati adalah penumpukan lemak berlebih di dalam sel-sel hati. Pola makan tinggi lemak dan karbohidrat, serta konsumsi alkohol berlebihan, menjadi penyebab tersering,” jelas dr. Lianda.
Data menunjukkan, 10–35% populasi umum mengalami perlemakan hati, dan angkanya bisa mencapai 90% pada orang obesitas.
Tak Selalu Karena Alkohol
Banyak yang mengira fatty liver hanya disebabkan alkohol. Padahal, ada dua jenis utama:
1. Alcoholic Fatty Liver Disease (AFLD) — akibat konsumsi alkohol berlebihan.
2. Non-Alcoholic Fatty Liver Disease (NAFLD) — justru terjadi tanpa alkohol, sering dikaitkan dengan obesitas, diabetes, kolesterol tinggi, dan tekanan darah tinggi.
| Baca Juga: Kesal Dibandingkan, Hailey Bieber Sebut Selena Gomez Tidak Menginspirasi
123 Tags:
fatty liver Hati Hepatitis