Saat ini, aktivitas keseharian tidak bisa lepas dari penggunaan perangkat elektronik berlayar, seperti televisi, komputer hingga ponsel pintar. Akibatnya, risiko mata kering kian mengancam.
Penanganan mata kering mesti segera, karena dampaknya bisa merusak permukaan mata, dari yang bersifat ringan hingga berat, temporer, bahkan permanen.
Menurut Dr. dr. Nina Asrini Noor, SpM, Ketua Dry Eye Service JEC Eye Hospitals and Clinics, perubahan gaya hidup di era digital sangat memengaruhi kesehatan mata.
Screen time yang sangat intensif dengan durasi yang panjang membuat perubahan dinamika mata dalam berkedip, seperti frekuensi yang berkurang atau proses berkedip yang tidak sempurna.
| Baca Juga: Diet Sukses Tanpa Olahraga, Rutin Makan Buah dan Sayur 3 Bulan
Kondisi ini dapat meningkatkan kekeringan permukaan mata yang seiring waktu berpotensi memulai siklus dry eye.
“Mata kering bukan berarti tidak ada air mata. Adanya gangguan di salah satu lapisan air mata, bisa menjadi yang namanya mata kering. Kondisinya bisa ringan, sedang, atau berat. Lapisan mana yang terganggu. Jadi mata kering adalah kondisi dimana air mata tidak stabil. Bukan berarti tidak ada air mata sama sekali, bukan berarti tidak bisa menangis,” ujar dr. Nina saat ditemui di RS Mata JEC Kedoya, baru-baru ini.
Ia menambahkan, “Tapi bukan berarti kalau matanya berair, maka matanya nggak kering. Sebab ada juga karena matanya sangat kering, hingga matanya sampai pedas, trus jadi berair seperti menangis. Padahal itu awalnya mata kering juga. Jadi tidak sesederhana tidak ada air mata.”
Bersifat multifaktorial, dry eye merupakan penyakit atau kelainan pada permukaan mata yang ditandai dengan hilangnya keseimbangan dan kestabilan komponen air mata, serta kerusakan atau peradangan pada permukaan mata.
| Baca Juga: Dilakukan The Weeknd, Ini Sederet Manfaat Tidur Siang Ala Astronaut
Gejala yang dirasakan penderita umumnya dimulai dengan mata yang tidak nyaman, seperti mengganjal, sering merah, berair, terasa kering, sensasi berpasir, adanya kotoran mata yang menumpuk, terasa lengket.
“Jadinya kita sering mengucek mata, karena rasanya matanya capek, hingga inginnya dikucek. Selain itu, kalau mata mudah terasa lelah, sensitif terhadap cahaya, penglihatan kadang jelas kadang burem, bisa jadi salah satu gejala mata kering,” jelasnya.
Ada sejumlah faktor penyebab dry eye, di antaranya usia lanjut. “Usia di atas 50 tahun berisiko mengalami mata kering semakin meningkat. Kemudian wanita yang telah menopause, perubahan hormonal, resikonya juga meningkat,” kata dr. Nina.
Perempuan lebih rentan mengalami mata kering dibanding pria. “Penderita dry eye sedang berat pada perempuan 2 kali lipat dibanding laki-laki. Mayoritas 60 persen dry eye di atas usia 50 tahun dialami perempuan,” lanjutnya.
| Baca Juga: Cara Lawan Gerakan Tutup Mulut Anak dengan Metode GLM
Lebih lanjut dr. Nina menyampaikan alasan kenapa mata kering banyak terjadi pada perempuan. “Hal itu karena mata kering juga dipengaruhi faktor hormonal. Dimana hormon androgen dan estrogen berperan mengatur keseimbangan produksi air mata. Gangguan perbedaan hormonal pada pasca menopause bisa memicu mata kering. Selain itu, riasan mata yang tidak terjaga kebersihan bisa mempengaruhi distribusi dan fungsi dari air mata,” jelasnya.
Hal lain yang memengaruhi mata kering adalah faktor lingkungan, di antaranya asap rokok, AC, juga riwayat penyakit seperti diabetes dan autoimun, serta pemakaian obat-obatan, baik obat minum atau tetes mata yang tidak sesuai anjuran dokter.
Selain itu, pemakaian lensa kontak yang tidak dipantau bagaimana kondisi kesehatan matanya, dan lamanya menatap gadget, komputer, TV, handphone juga sangat memengaruhi kemungkinan terjadinya mata kering.
“Penyebab makin banyak orang dengan mata kering di zaman saat ini adalah penggunaan gawai atau menatap layar terus menerus. Normalnya, seseorang berkedip belasan kali per menit, namun saat menatap layar, frekuensi ini bisa turun drastis hingga kurang dari lima kali per menit,” kata Nina.
| Baca Juga: Banyak Jamur Hitam di Dinding Rumah, Ini Bahayanya Bagi Kesehatan
Ia menambahkan, “Berkedip secara teratur dapat membantu menjaga kesehatan mata dengan cara memompa air mata dan mendistribusikan secara merata. Jika frekuensi berkedip tidak teratur, mekanisme tersebut terganggu, sehingga mata tidak mendapatkan pelumasan yang cukup, karena waktu jeda antar kedipan satu dengan kedipan yang berikutnya terlalu panjang. Jika itu berlangsung terus, maka muncullah gejala mata kering (dry eye) ini.”
Yang perlu diperhatikan, jika tak ditangani dengan baik, dry eye dapat menurunkan kualitas hidup karena tidak dapat beraktivitas dengan optimal, akibat kondisi mata tidak nyaman.
“Selain itu orang dengan mata kering jadi bergantung pada obat, yaitu berupa obat tetes mata yang harus dibawa ke mana saja karena sewaktu-waktu dibutuhkan,” ujar dr. Nina.
Dia mengingatkan, mata kering yang diabaikan bisa memicu kerusakan permukaan mata akibat peradangan atau infeksi, yang bersifat ringan sampai berat, temporer atau permanen.
| Baca Juga: Pentingnya Vaksin Pneumonia Bagi Anak dan Orang Dewasa
Dikatakan dr. Nina, untuk mengatasi dry eye tidak hanya dengan terapi menggunakan obat tetes mata. Namun bisa juga dengan menghindari atau mengurangi lifestyle yang dapat memicu atau memperberat dry eye.
“Di antaranya hindari riasan mata yang menutup kelenjar air mata, jangan menggunakan lensa kontak yang tidak sesuai anjuran dokter. Hindari paparan AC terlalu lama, juga istirahatkan mata saat harus bekerja menggunakan komputer atau gawai,” saran dr. Nina.
Bagi yang mengalami dry eye, terapi kompres hangat di kelopak mata bisa membantu meringankan gejala. “Pastikan menjaga kebersihan kelopak mata, konsumsi air harus cukup, ubah kebiasaan mengatur aktivitas yang butuh atensi visual seperti membaca atau memakai gadget atau komputer,” ungkap dr. Nina.
Jika tidak kunjung membaik alias gejala seperti disebutkan di atas terasa, maka segera ke dokter untuk mendapatkan diagnosis dan perawatan tepat.
Spa Untuk Mata Kering
Menurut dr. Nina, kesadaran masyarakat akan ketidaknyamanan mata kering semakin meningkat. Banyak dari masyarakat yang kini mencari pengobatan lebih dini, bahkan sebelum gejala ketidaknyamanan memburuk.
Salah satu terapi yang dilakukan adalah dry eye spa. “Dry Eye Spa tidak hanya berfokus pada penanganan mata kering secara medis, tetapi juga memberikan relaksasi layaknya spa yang memberikan kenyamanan pada mata dengan segera,” jelas dr. Nina.
Sebelum penentuan tindakan terapi, pasien akan ditangani tim medis ahli dan dokter sub spesialis dry eye terlebih dahulu. Setelah pemeriksaan menyeluruh, pasien akan mendapatkan terapi menggunakan alat steamatomizer, berupa masker mata berteknologi terdepan.
Steam atomizer akan menghasilkan getaran ultrasonic untuk meng-atomisasi larutan khusus, kemudian mengubah kandungannya menjadi molekul halus berupa droplet, yang mampu meresap ke permukaan mata. Mata pasien seolah merasakan sensasi sejuk yang memberikan kenyamanan secara langsung.
“Dry Eye Spa tidak hanya membantu mengatasi gejala mata kering seperti mata mengganjal atau berpasir, hingga nyeri atau perih, tetapi juga menjaga kelembaban alami mata. Terapi rutin setiap dua pekan sangat membantu untuk mencegah memburuknya dry eye sehingga diharapkan dapat meningkatkan produktivitas dan kualitas hidup sehari-hari.,” tandasnya. (*)