Tahun Baru Imlek di Kampung Pecinan memiliki beberapa kemiripin dengan acara tahun baru pada umumnya. Namun tentu ada keunikan tersendiri karena terdapat unsur budaya Tionghoa di dalamnya.
Tim Nyata berkesempatan menilik tradisi perayaan menjelang Imlek di Kampung Pecinan Surabaya yang berada di Jalan Kapasan Dalam I, Selasa (28/1).
Sekilas tidak ada yang berbeda dari bangunan di kampung tersebut. Namun jika diperhatikan lebih saksama, pagar rumah dibangun tinggi-tinggi.
Salah satu tokoh masyarakat di Kampung Pecinan Surabaya, Dony Djhung menjelaskan pagar tinggi mulai dibangun sekitar tahun 1980. Hal tersebut dilakukan untuk melindungi rumah dari para kriminal.
“Dulu aslinya enggak ada pagar, semua bebas, enak. Tapi karena sering ada pencurian, lama-lama kami capek. Makanya dikasih pagar sedemikian rupa karena kami juga tidak mau cari gara-gara,” jelasnya.
| Baca Juga: Angka yang Bakal Bawa Keberuntungan untuk Para Shio di 2025
Meski namanya Kampung Pecinan, tidak semua warganya merupakan penganut ajaran Tri Dharma yang terdiri dari Tao, Buddha, serta Konghucu.
Sebagian warga keturunan Tionghoa di sana ada yang menganut ajaran Kristen. Banyak juga masyarakat suku Jawa yang beragama Islam di sana.
Saat Nyata mengunjungi kampung tersebut, sebagian warga tampak menikmati makan siang bersama di sebuah warung. Lagu China dinyalakan dalam rangka menyambut Imlek.
Dony menjelaskan, sudah biasa warga di sana berkumpul bersama, terlepas dari latar belakang suku dan agama mereka.
Dua hari sebelum Tahun Imlek, umumnya warga sudah mulai mempersiapkan diri untuk melakukan sembahyang leluhur.
Sembahyang leluhur sendiri merupakan tradisi Tionghoa di mana mereka melakukan penghormatan pada leluhur atau anggota keluarga yang telah meninggal dunia.
Sembahyang leluhur dilakukan sebelum malam tahun baru Imlek. Hal tersebut dilakukan untuk meminta berkah sepanjang tahun.
“Jadi sebelum Imlek ada sembahyang leluhur dulu, supaya leluhur ikut acara Imlek dan mereka memberi berkah pada anak cucu yang ditinggalkan,” jelas Dony.
Meja khusus untuk altar akan dikeluarkan, ditempatkan di halaman depan rumah. Persembahan, mulai dari makanan hingga minuman akan ditaruh di atas meja tersebut.
Ada banyak makanan dan minuman yang disajikan di altar. Setiap makanan pun memiliki maknanya tersendiri.
| Baca Juga: Lay Zhang Hingga Zhao Lusi Sambut Tahun Baru Imlek 2025
“Ini kue keranjang harus ada, biar rezekinya banyak sekeranjang-keranjang. Itu kan juga lengket (tekturnya), jadi biar rezekinya enggak lepas-lepas. Makanya ada wajik juga,” terangnya.
Ada juga jeruk keprok yang dikaitkan dengan emas, sehingga dipercaya mampu membawa kemakmuran.
Manisan yang terdiri dari lima jenis melambangkan masing-masing elemen, yaitu emas, kayu, air, api, dan tanah.
Nanti setelah prosesi sembahyang selesai, persembahan tersebut bisa dimakan atau diberi pada saudara.
Makanan dan minuman tersebut jumlahnya harus pas untuk setiap leluhur yang telah berpulang. Hidangan favorit mereka semasa hidup juga ikut dipersembahkan di altar tersebut.
Misalnya leluhur di keluarga Eny ada yang dulunya merokok, maka rokok pun ikut menjadi persembahan di meja altar.
| Baca Juga: Menggemaskan, 25 Bayi Panda Kirim Ucapan Selamat Tahun Baru Imlek 2025
“Ini dikasih rokok, soalnya ini dulu ada yang merokok. Ya memang begini, dulu sukanya apa, ada di meja altar,” terangnya.
Setelah sembahyang, masyarakat akan melakukan tardis kirim uang dengan membakarnya. Tentu uang mainan yang digunakan dalam tradisi tersebut.
Ada dua jenis bakar uang yang dilakukan, gin swa untuk para Dewa serta mo swa untuk para leluhur.
“Jadi bagaimanapun kita yang masih hidup, masih sehat itu mengirim pada Dewa supaya Dewa juga gembira. Dan leluhur juga diberi uang, supaya leluhur di sana beli apa-apa di sana,” ucapnya.
Seperti tahun baru pada umumnya, akan ada beberapa warga yang menyalakan kembang api di malam hari.
“Pasti ada (kembang api), malam tahun barunya. Jam 1 malam atau jam 12 malam, pasti ada,” beritahunya.
Barulah pada keesokan harinya tepat pada Tahun Baru Imlek, warga akan beribadah ke klenteng, lalu berkumpul bersama dengan keluarga. (*)