Kelompok Teater Populer kembali menampilkan naskah karya Putu Wijaya berjudul ‘Dag Dig Dug’ yang masih relevan dan tak lekang oleh zaman. Lakon yang disutradarai oleh Slamet Rahardjo Djarot itu, bukan sekadar pementasan, tetapi cerminan kegelisahan dan harapan yang dikemas dalam narasi dengan sebab-akibat yang jelas.
“Lakon ini sangat relevan dengan situasi mutakhir, bukankah belakangan ini kita sering dibuat deg-degan?,” kata Slamet Rahardjo Djarot, Sutradara sekaligus pemain utama ‘Dag Dig Dug’, di Teater Salihara, Jakarta, Jumat (24/1).
Slamet Rahardjo Djarot mengungkapkan, pementasan drama ini memotret kehidupan manusia lewat sepasang suami-istri berusia lanjut, namun tak dikaruniai anak dan mengelola indekos di rumah besar mereka.
Persoalan muncul saat diperoleh telegram bahwa salah satu mahasiswa yang pernah indekos di rumah itu, seorang yang dikenal baik hati, bernama Chaerul Umam, dikabarkan meninggal dalam kecelakaan di jalan.
| Baca Juga: Chicco Kurniawan Pernah Jaga Warnet demi Ibunda yang Idap Skizofrenia
Suami-isteri itu merasa terpukul dengan kematian Chaerul Umam, namun juga berpura- pura mengenal dengan baik mahasiswa itu.
Persoalan mulai muncul ketika datang dua utusan yang membawa uang santunan, namun ternyata jumlahnya tidak sama dengan yang tertera pada tanda terima.
Tidak hanya itu, konflik juga timbul mengenai akan digunakan untuk apa dana itu.
Kecurigaan, rasa marah, emosi, penderitaan, mencuat lewat pertikaian dan keributan-keributan kecil di antara mereka berdua dan orang di sekelilingnya, di antaranya tokoh pembantu rumah tangga yang selalu menjadi pihak yang ditindas oleh majikannya, yaitu Cokro.
Perlu diketahui, ‘Dag Dig Dug’ merupakan naskah drama karya Putu Wijaya yang pertama kali dipentaskan pada tahun 1977.
| Baca Juga: Kebakaran Glodok Plaza, Jasad Pramugari Oshima Yukari Ditemukan
Slamet Rahardjo membuat perubahan-perubahan kecil dari naskah asli, namun tetap menampilkan inti cerita utamanya. Ia membuat sampai enam revisi.
Menurutnya, ‘Dag Dig Dug’ menampilkan berbagai situasi yang membuat penikmatnya merenung, tertawa getir, serta menghadapi semacam kekacauan yang terjadi dalam diri manusia dan sekitarnya.
“Bagi saya teater adalah rumah dan pementasan ini membawa saya kembali ke rumah saya, teater. Usia adalah anugerah dan saya tidak ingin usia menjadi kendala, karena Sebagai pemain teater, saya menghafal 47 halaman. Dialog terkadang tanpa ujung pangkal dan sebagian terasa dituturkan bukan kepada lawan main, melainkan kepada penonton, lebih tepatnya kepada situasi sekarang,” ujarnya.
Sebagai informasi, Slamet Rahardjo tampil bersama Niniek L. Karim membawakan peran utama pasangan lanjut usia.
“Putu Wijaya memang luarbiasa sekali. Dia itu sangat halus dalam mengeluarkan kritik sosial. Itu yang harus kita tangkap dan sudah diolah sama Slamet Rahardjo dengan sangat indah,” ujar Niniek L. Karim.
| Baca Juga: Keikhlasan Ayah, Oshima Yukari Korban Kebakaran Glodok Plaza
Pementasan ini juga menghadirkan aktor Reza Rahadian, Donny Damara, Jose Rizal Manua, Kiki Narendra, dan Onkar Sadawira. Reza Rahadian menuturkan, bergabung dalam lakon Dag Dig Dug menjadi sebuah pengalaman yang menarik baginya.
Naskah karya Putu Wijaya ini menawarkan kedalaman cerita yang penuh emosi dan relevansi, tidak hanya bagi para pemain, tetapi juga bagi para penikmat seni.
“Naskah karya Putu Wijaya ini menawarkan kedalaman cerita yang penuh emosi dan relevansi, tidak hanya bagi para pemain, tetapi juga bagi para penikmat seni. Dag Dig Dug’ bagi saya adalah sebuah pertunjukan untuk mengkritisi apa yang terjadi hari ini. Menurut saya ini ada sebuah pertunjukan, sebuah keluarga yang mana tokoh-tokohnya sedang mengalami kesusahan masing-masing,” kata Reza, yang memerankan tokoh Giarto dalam lakon tersebut.
Dipersembahkan oleh Bakti Budaya Djarum Foundation bekerjasama dengan AP Production, teater ‘Dag Dig Dug’ akan kembali dipentaskan pada Sabtu, 25 Januari 2025 dan Minggu, 26 Januari 2025 pukul 19.00 WIB di Teater Salihara, Pasar Minggu, Jakarta Selatan. (*)