
Seorang programmer China bernama Zhang Yunlai mengagetkan publik karena memilih tinggal di mobil. Padahal dia punya rumah megah di kampung halamannya.
Dilansir dari South China Morning Post pada Kamis (28/5/2025), pria asal Yangjiang, provinsi Guangdong itu pindah ke Shenzhen sekitar 6 tahun yang lalu.
Awalnya, dia memiliki gaya hidup seperti kebanyakan pekerja pada umumnya, yang pulang-pergi dari rumah ke kantor. Dia bahkan menyewa sebuah tempat tinggal dengan harga 2.500 Yuan (sekitar Rp5,7 juta) per bulan.
Namun suatu hari sebuah keadaan membuatnya harus bermalam di dalam mobil. Pengalaman tersebut justru membuatnya mendapat ide untuk tinggal di mobil.
| Baca Juga: Setelah 10 tahun, Pria UK akan Transplantasi Ulang 8 Organ Sekaligus
Dia pun membeli sebuah mobil listrik sekitar empat tahun lalu. Sejak saat itu, dia lebih memilih untuk tinggal di sana selama hari kerja.
Menurutnya, mobil listrik adalah kendaraan yang pas untuk ditinggali karena sejumlah kepraktisannya.
“Mobil listrik membuat bisa tetap menggunakan pendingin ruangan dan kursinya sangat pas untuk dijadikan tempat tidur. Jadi tidur di sana terasa cukup nyaman,” akunya.
Soal makan dan toilet pun sudah bisa Zhang atasi. Untuk sarapan, dia akan makan di kantin kantornya. Untuk membersihkan diri, dia akan mandi di sebuah gym.
Saat malam tiba, pria 41 tahun itu akan pergi ke sebuah “taman bintang lima” untuk menginap. Dia mengaku taman tersebut memiliki toilet umum yang sangat bersih.
Gaya hidup tersebut hanya memerlukan uang sekitar 100 Yuan (sekitar Rp200 ribuan) per hari. Jauh lebih murah dari biaya sewa rumah.
Meski demikian, Zhang Yunlai menegaskan gaya hidup tersebut dipilihnya bukan karena masalah finansial.
“Aku sama sekali tidak kesulitan secara ekonomi. Namun kalaupun seseorang menyuruhku untuk menyewa tempat tinggal, aku tidak akan melakukannya. Lingkungan di taman biasa aku bermalam bahkan lebih bagus daripada sebagian rumah sewa,” ujarnya.
| Baca Juga: Bukan Hanya Biaya, Patung Biawak Wonosobo Viral Karena Prinsip si Pematung
Dia pun sebenarnya memiliki rumah megah empat lantai dengan luas bangunan 400 meter persegi di kampung halamannya. Namun dia lebih memilih gaya hidup yang seperti sekarang.
Tiap akhir pekan, Zhang pulang ke kampung halaman yang jauhnya mencapai 300 km. Dia akan mencuci baju dan menghabiskan waktu dengan keluarganya di sana.
“Jaraknya memang sampai 300 km, tapi aku berhasil menghabiskan tiga malam tiap minggu di rumah. Kerja di Shenzhen benar-benar hanya untuk mencari uang,” ujarnya.
Meski demikian, Zhang mengaku dalam beberapa tahun ke depan dirinya berencana untuk kembali ke kampung halamannya.
“Ada banyak programmer yang mulai berguguran begitu mereka berusia 35 tahun. Untungnya aku masih punya pekerjaan di Shenzhen. Aku berencana untuk bekerja beberapa tahun lagi, lalu kembali ke rumah untuk berkumpul dengan keluarga,” ucapnya. (*)