Jakarta, CNN Indonesia --
Densus 88 Antiteror Polri menyebut pelaku ledakan SMA 72 Kelapa Gading, Jakarta Utara terinspirasi sejumlah aksi kekerasan yang terjadi di luar negeri.
Juru Bicara Densus 88 Antiteror Polri AKBP Mayndra Eka Wardhana mengatakan pelaku mulai mencari soal aksi kekerasan itu lantaran memiliki perasaan tertindas hingga dendam.
"Dari awal tahun yang bersangkutan sudah mulai melakukan pencarian ketika tadi disebutkan Pak Dirkrimum merasa perasaan tertindas, merasa kesepian tidak tahu harus menyampaikan kepada siapa, lalu yang bersangkutan juga memiliki motivasi dendam, dendam terhadap beberapa perlakuan-perlakuan kepada yang bersangkutan," tutur Mayndra dalam konferensi pers, Selasa (11/11).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mayndra membeberkan pencarian itu dilakukan pelaku ke berbagai situs yang berisi soal aksi kekerasan. Pencarian itu kemudian menginspirasi pelaku untuk mengikuti sebuah komunitas media sosial yang anggotanya mengagumi soal aksi kekerasan.
"Nah motivasi yang lain ketika beberapa pelaku itu melakukan tindakan kekerasan lalu mengupload ke media tersebut maka komunitas tersebut mengapresiasi sebagai sesuatu yang heroik gitu ya," ucap dia.
Disampaikan Mayndra, setidaknya ada enam orang yang menjadi inspirasi pelaku dalam melakukan aksinya. Nama keenam orang itu pun tertulis pada senjata mainan yang dibawa pelaku.
Keenam orang itu yakni Eric Harris, Dylan Klebold, Dylann Storm Roof, Alexandre Bissonnette,Vladislav Roslyakov hingga Brenton Tarrant.
Eric Harris, Dylan Klebold diketahui merupakan penembakan massal di Columbine High School Massacre pada tanggal 20 April 1999. Keduanya diketahui beraliran neo-nazi.
Kemudian, Dylann Storm Roof, pelaku penembakan massal di Gereja Charleston, Amerika Serikat pada Juni 2015. Ia diketahui memiliki aliran supremasi kulit putih atau white supremacy.
Lalu, Alexandre Bissonnette, pelaku penembakan massal di masjid Kanada pada tahun 2017. Ia diketahui memiliki aliran supremasi kulit putih atau white supremacy.
Selanjutnya, Vladislav Roslyakov pelaku penyerangan di Politeknik Kerch, Rusis tahun 2018. Ia diketahui beraliran neo-nazi.
Ada pula, Brenton Tarrant pelaku penembakan masjid Christchurch di Selandia Baru pada tahun 2019. Ia diketahui menganut aliran etnonasionalis.
"Yang bersangkutan hanya mempelajari, kemudian mengikuti beberapa tindakan ekstremisme yang dilakukan, bahkan posenya kemudian beberapa simbol yang ditemukan itu sekedar menginspirasi," tutur dia.
"Artinya kenapa mix, banyak sekali ideologi di sini akan tetapi tidak ada satu ideologi yang konsisten yang dia ikuti, di sini menunjukkan bahwa ini hanya sekedar inspirasi dan ada pola yang berurutan yang mereka posting di komunitas media sosialnya dan ini juga menjadi awareness ke depan bagi kita semua terkait adanya violence atau kekerasan di dunia maya," sambungnya.
Polisi sebut pelaku sengaja lukai diri sendiri
Polisi masih mendalami soal dugaan siswa yang kini berstatus Anak Berkonflik dengan Hukum (ABH) sengaja melukai dirinya sendiri dalam insiden tersebut.
Dalam insiden tersebut pelaku mengalami luka di bagian kepala. Pelaku juga harus menjalani operasi akibat luka yang dideritanya.
"Pada saat dia meledakkan itu dia dengan sengaja meledakkan, tetapi pada saat ditanyakan apakah dirinya menjadi korban kesengajaan, ini masih didalami," kata Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Budi Hermanto kepada wartawan, Selasa.
Sementara itu, Dirreskrimum Polda Metro Jaya Kombes Iman Imanuddin menerangkan pelaku tidak berada di masjid saat dua bom meledak di area itu. Iman menyebut pelaku meledakkan bom di area masjid itu menggunakan remot.
Namun, pelaku ada di di lokasi ledakan kedua, yakni di bank sampah dan taman baca. Pelaku pun ditemukan dalam kondisi terluka di bagian kepala setelah insiden ledakan di lokasi kedua tersebut.
"Jadi ledakan di masjid itu dilakukan dengan menggunakan remot. Untuk ledakan kedua, di mana ditemukan yang bersangkutan di lokasi pada saat yang bersangkutan ditemukan luka, ini menggunakan sumbu, sehingga mengakibatkan luka di bagian kepala yang bersangkutan," tutur dia.
Sebelumnya, ledakan terjadi di SMAN 72 Jakarta Utara, Jumat (7/11) sekitar pukul 12.15 WIB, di area masjid sekolah saat kegiatan salat Jumat berlangsung.
Tidak ada korban meninggal dunia dalam insiden itu. Namun, korban luka dalam peristiwa itu tercatat ada sebanyak 96 orang.
(dis/isn)

3 hours ago
3

















































