Nasib Nahas Keponakan di Bandung Ditikam Paman 51 Kali

1 month ago 30
 Kolase/IST)Tragis, Keponakan di Bandung Ditikam Paman 51 Kali. (Foto: Kolase/IST)

Hampir sebulan kematian cucunya, Anggia Setya Maharani (19), masih ada pertanyaan yang belum bisa dijawab Asep Suherman (66). Mengapa menantunya, Muhamad Daffa Purwana (24) tega menghabisi gadis itu. Dengan sadis pula, yaitu ditikam 51 kali.

”Saya juga masih bingung, kenapa Daffa berbuat setega itu ke cucu saya. Apa salah cucu saya sampai dia tega menghabisi dengan cara kejam seperti itu,” kata Asep kepada Nyata di kediamannya, kawasan Belakang Pasar, Desa Sayati, Margahayu, Kabupaten Bandung, Senin (3/2).

Daffa yang sudah diamankan polisi mengaku menghabisi Anggia karena ingin mencuri di rumah Asep. Keponakan ditikam puluhan kali oleh paman sendiri. Terlebih korban baru saja dibelikan motor baru oleh Asep.

Saat ingin mencuri, Anggia yang sedang seorang diri di rumah, terbangun. Keluarga yang lain kala itu sedang di Limbangan, Garut, Jawa Barat untuk memperingati haul (peringatan kematian) ibunda Asep.

”Sudah dua tahun ini, Gia (sapaan akrab Anggia, red) nggak pernah ikut lagi. Karena ia harus bekerja. Termasuk hari itu, katanya harus bekerja,” kata Asep.

| Baca Juga: Pengalaman Nadia Melahirkan, Pecah Ketuban saat Nonton Konser Maroon 5

Sejak lulus dari SMAN 1 Margahayu, Anggia langsung diterima bekerja di restoran cepat saji tak jauh dari rumahnya. Bekerja di restoran, waktu kerjanya tak menentu. Lebih sering ketika liburan, ia masih sibuk kerja.

”Makanya sulit ajak Gia. Ketika om dan bibinya libur mau ajak pergi sekeluarga, dia nggak pernah bisa,” lanjut Asep.

Tinggal Terpisah

Kehilangan cucu, apalagi dengan cara seperti itu, tentu bukan hal mudah. ”Sekarang saja saya terlihat tegar, padahal dalam hati masih nangis. Kalau Mas datang minggu-minggu pertama, saya nggak akan kuat bercerita,” kata Asep kepada Nyata.

Anggia kali pertama ditemukan Ivan, anak ke tiga Asep pada 4 Januari lalu di kamarnya yang terkunci gembok dari luar. Setelah dibuka paksa, Anggia ditemukan dalam kondisi bersimbah darah di kasurnya. Sementara sepeda motor dan handphone hilang dibawa Daffa.

| Baca Juga: Melamar Kekasih di Sekitar Puing-puing Kebakaran Los Angeles

Keponakan ditikam paman. Ada 51 luka bekas bacokan yang tesebar di berbagai tubuh korban. Hasil otopsi menyimpulkan penyebab kematian korban karena pendarahan yang banyak akibat kerusakan pada tulang dan rahang, dahi, wajah dan hidung.

Asep sendiri punya lima anak dan enam cucu. Anggia merupakan cucu pertama dari putri sulungnya, Lenny. Anggia tinggal terpisah dari kedua orangtuanya dan tinggal bersama kakeknya di Bandung. Sementara Lenny tinggal bersama suami barunya di Jakarta. Sedangkan ayah kandungnya, Nanan, tinggal di Garut.

Lanjutkan Kuliah

Di rumah Asep, Anggia tinggal bersama empat orang lainnya. Putri kedua Asep, Anisa, yang juga istri Daffa, Fazah, putra bungsu Asep, serta putri Anisa dan Daffa, Fauziah (5). Tiga anak lainnya tinggal terpisah bersama keluarga mereka masing-masing.

Dituturkan Asep, banyak kelebihan Anggia di mata Asep. Parasnya yang cantik, membuat banyak cowok yang mendekati.

”Banyak banget yang berusaha pedekate. Yang saya denger sih dia udah punya pacar, tapi nggak tahu siapanya, karena orangnya nggak terbuka,” tutur Asep.

| Baca Juga: Hobi Unik Cydney Harding, Koleksi Ribuan Gunting

Selain itu Anggia juga tekun pada kegiatan yang sedang ditekuni. ”Anaknya pintar. Di sekolah dari SD dia selalu masuk rangking lima besar. Begitu lulus, dia juga langsung bekerja hasil usahanya sendiri cari-cari lowongan di handphone-nya,” kata Asep.

Namun Anggia juga tidak ingin hanya lulus SMA. Menurut Asep, cucu pertamanya itu punya cita-cita mulia. Berasal dari keluarga sederhana dan broken home, ia bertekad mengangkat derajat keluarga.

”Selalu cerita kalau dia ingin jadi orang kaya, biar bisa naekin ekonomi keluarga. Makanya dia sudah berencana melanjutkan kuliah dalam waktu dekat. Sekarang lagi kumpulin duit dulu,” cerita Asep. Namun rencana itu pun kandas.

Kisah selengkapnya baca di Tabloid Nyata Cetak edisi 2793, Minggu ke I, Februari 2025

Read Entire Article
Kerja Bersama | | | |