Satu lagi anak bangsa yang patut diaperesiasi karena karyanya untuk dunia perfilman global. Dia adalah Tara Zulfikar, sineas muda Indonesia yang berada di balik layar perfilman di Amerika Serikat.
Tara menjadi bagian film ‘Double Happiness’, dengan bekerja di belakang layar sebagai Unit Production Manager. Film itu diproduksi oleh Rollin Studios yang disutradarai oleh aktris Amerika, Shari Albert.
Film itu sendiri berkisah tentang seorang wanita paruh baya yang menemukan kembali kehidupan romansa percintaannya setelah menjadi pelanggan tetap sebuah restoran.
Sebagai informasi, Shari Albert, aktris asal Philadelphia yang dikenal melalui film ‘The Brothers McMullen’. Proyek itu juga melibatkan sinematografer Adam Kolodny, yang sebelumnya menggarap ‘The Featherweight’ (2024), film yang tayang perdana di Venice International Film Festival ke-80.
| Baca Juga: Dimas Anggara Nongkrong Bareng Gelandangan Demi ‘Sah Katanya’
Tara melajutkan kiprahnya di dunia perfilaman, dengan menjadi produser ‘Dinner With My Dead Son’. Sebuah film pendek karya Ilina Bhatia, yang berkisah tentang seorang ibu yang sangat berduka karena putra tercintanya meninggal dunia.
Hingga pada suatu hari, bertepatan dengan momen ulang tahun putranya yang ke-18, ibu itu memilih cara ekstrem agar bisa terhubung kembali dengan putranya yang sudah meninggal.
Film tersebut berhasil memenangkan kategori Best Experimental Film di Absurd Film Festival, Italia. Selain itu juga masuk dalam seleksi resmi HollyShorts Film Festival, sebuah festival bergengsi yang memenuhi syarat untuk Academy Awards.
“Pastinya tidak mudah untuk bisa berada di industri perfilman Amerika Serikat. Dibutuhkan kerja keras dan punya relasi yang baik. Di sana, industri filmnya sangat kompetitif,” jelas Tara Zulfikar dalam keterangannya kepada media, Rabu (26/3/2025).
| Baca Juga: Kesulitan Calvin Jeremy dalam Debut Film Komedi ‘Sah Katanya’
Lulusan Tisch School of the Arts, New York University itu mengaku memang masih awam di dunia perfilman. Untuk itu, dia ingin mencoba segala bidang, mulai dari sutradara, sinematografer, dan produser.
“Aku ingin coba segala sesuatu di belakang layar. Karena punya keunikan, tantangan dan serta tanggung jawab yang berbeda beda,” imbuhnya.
Sebagai seorang sineas yang mencintai visual storytelling, Tara memulai kariernya dengan menyutradarai ‘Runaway’, sebuah video musik untuk musisi Izzy Ravana dan mTwenty.
Saat dirilis pada Desember 2022, Runaway mendapat apresiasi di berbagai festival film, termasuk nominasi juri di National Film Festival for Talented Youth (NFFTY) 2023 serta penghargaan Best Music Video di Independent Shorts Awards dan Fusion Film Festival.
| Baca Juga: Tissa Biani Tak Berhenti Menangis saat Main Film ‘Norma: Antara Mertua dan Menantu’
Sejak dirilis, ‘Runaway’ telah ditonton ribuan kali di YouTube dan menarik puluhan ribu penonton di Instagram, bahkan masuk dalam daftar ‘Music Video Releases You Need To Check Out’ oleh @loadingunderground.
“Proyek tersebut jadi salah satu pengalaman yang membuka mata aku tentang dunia industri kreatif di luar Indonesia,” ujar Tara.
Selain menyutradarai, dunia sinematografi adalah hal yang menarik untuk Tara. Dia memilih menjadi Director of Photography (DOP) untuk ‘Skin Bodies’.
Film pendek eksperimental tersebut disutradarai oleh seorang creator muda Amerika, Ilina Bhatia dan dikembangkan oleh Edith Saldanha, seorang penari, seniman, dan aktris dari Jerman.
“Skin Bodies adalah bagian pertama dari triptych performatif yang mengeksplorasi kekerasan struktural dan pengaruhnya terhadap tubuh,” jelas Tara tentang proyek tersebut.
| Baca Juga: Nino Fernandez Resmi Gantikan Mischa Chandrawinata di Series ‘Duren Jatuh’
Proyek itu didukung oleh Goethe-Institut München, Kulturfonds Stadt München, dan Stadt Salzburg, serta sedang menunggu jadwal pemutaran di galeri-galeri di Jerman, Belgia, dan New York City.
“Lewat proyek ini saya belajar bahwa pendekatan visual yang intim dan eksperimental merupakan bagian dari sinematografi bisa menjadi alat ekspresi yang kuat,” terang Tara yang berharap filmnya segera diputar tahun ini.
Dari Jakarta ke New York, perjalanan Tara masih panjang dan penuh tantangan. Namun, hingga saat ini ia masih memilih berkarir di luar Indonesia sebagai prioritas utamanya. Agar bisa menembus industri global, Tara menyebutkan beberapa tipsnya.
“Harus terus membangun koneksi, mencari proyek baru, dan memahami dinamika industri film di luar negeri. Sampai sekarang pun, saya masih dalam proses belajar dan jangan pernah ada kata puas,” jelasnya.
Meskipun masih di awal karier, dia berusaha menikmati setiap kesempatan yang datang dan terus mengasah kemampuannya.
“Yang terpenting adalah tetap berkarya, berkembang, dan membawa perspektif unik bahwa seorang sineas Indonesia bisa kok tampil di panggung global,” ujarnya dengan penuh optimis. (*)
Jangan ketinggalan berita terhangat lainnya di Tabloid Nyata Cetak! Setiap minggu, kami hadir dengan edisi terbaru yang penuh dengan kisah eksklusif, berita selebriti terkini, dan cerita inspiratif.
Dapatkan Tabloid Nyata Cetak dengan mudah! Klik link di sini untuk pemesanan via marketplace.