Lady Gaga, yang berperan sebagai Harley Quinn, pasangan dari penjahat utama dalam film ‘Joker: Folie a Deux’, buka-bukaan tentang gagalnya film yang dibintanginya itu.
Menurutnya, kegagalan terkadang sulit untuk dihadapi, tetapi itu adalah bagian dari menjadi seorang seniman.
“Kadang-kadang orang tidak menyukai beberapa hal. Itu sederhana. Dan saya rasa, untuk menjadi seniman, Anda harus siap bahwa terkadang orang tidak akan menyukainya. Dan Anda terus melanjutkan meskipun sesuatu tidak terhubung seperti yang Anda harapkan,” kata Gaga dalam wawancara dengan majalah Elle.
| Baca Juga : Dibintangi Lady Gaga, Film ‘Joker: Folie a Deux’ Kurang Laku di Pasar Box Office
Seperti diketahui, ‘Joker: Folie a Deux’ atau Joker 2 yang dibintangi Lady Gaga itu kurang laku di pasar box office Amerika Serikat. Film tersebut memperoleh pendapatan lebih rendah dari yang diharapkan.
Minggu pertama, Folie a Deux hanya meraih USD 40 juta atau Rp627 miliar. Jumlah itu tidak mencapai setengah dari hasil film pertamanya yang meraih Rp1,5 triliun.
Film itu mendapat sambutan yang sangat negatif dari mulut ke mulut dan menjadi kekecewaan besar baik secara komersial maupun kritis.
| Baca Juga : Lady Gaga Tampil Nyentrik di After Party Premiere Film ‘Joker 2’
Film karya Todd Philips itu terasa seperti sekuel yang dipaksakan. Dibuat hanya untuk memonetisasi merek populer film yang menang di Academy Award 2020.
David Rooney, kritikus film Hollywood, mengatakan bahwa narasi Joker 2 sangat minim dan cukup menbosankan.
“Untuk film berdurasi dua seperempat jam, Joker 2 terasa agak tipis secara naratif dan terkadang membosankan,” ujarnya pada The Hollywood Repoter.
Salah satu faktor yang memengaruhi performa box office Joker 2 adalah perubahan dalam narasi dan gaya film.
| Baca Juga : Surprise! Lady Gaga Rilis Album Terbaru Dampingi Film ‘Joker 2’
Penggarapan musikal atas kisah Arthur Fleck ternyata menjadi alasan besar di balik penerimaan yang luar biasa. Musikalisasi itu tidak hanya melembutkan jiwa warisan Joker tetapi juga dianggap merusak kisah yang ada di film pertama.
Film Joker bercerita tentang kehidupan Arthur yang rumit sehingga dia memutuskan untuk menjadi Joker. Sedangkan, Joker 2 dianggap terlalu fokus pada kehidupan internal dua karakter utamanya, yang mungkin tidak sesuai dengan selera penonton umum.
Dalam wawancara dengan IGN, Todd Phillips menjelaskan tentang akhir dan perubahan film tersebut. Sutradara itu juga membahas beberapa kesalahan umum yang menjadi ekspektasi penonton.
“Film pertama berjudul Joker, bukan The Joker. Dalam naskah film, judulnya selalu An Origin Story, bukan The Origin Story. Ceritanya tentang ide bahwa ini bukan Joker yang kita kenal (musuh Batman). Tapi dia (Arthur Fleck) hanya inspirasi untuk Joker,” ujar Todd. (*)