Kasing Lung, Pencipta Labubu Karena Menyukai Monster Ceria

2 weeks ago 7

Labubu sebenarnya bukan boneka baru. Sosok monster lucu itu diciptakan komikus Belanda, Kasing Lung. Tapi memang hanya Labubu yang laku keras. Lisensi atas Labubu dan beberapa kawannya, Kasing jual secara eksklusif pada tahun 2019, kepada Pop Mart. Sebuah jaringan toko dari China.

Pada tahun 2024, pendapatan perusahaan tersebut melambung hingga 1,8 miliar dolar AS (Rp 293,11 miliar). Seperlimanya dari penjualan Labubu saja.

Itu berarti naik 700 persen dari tahun sebelumnya. Pria asal Hong Kong itu bermigrasi ke Belanda bersama orangtuanya saat masih berumur tujuh tahun.

“Di sana orang sering menggunakan monster sebagai tokoh dongeng. Ada yang jahat dan ada yang tidak. Karena saya suka bikin komik, maka monster itulah yang saya pakai sebagai tokoh komik saya,” jelas Kasing dalam sebuah wawancaranya.

Studio tempatnya bekerja, How2Work yang berlokasi di distrik Kwun Tong, Hong Kong, penuh dengan boneka monster serupa Labubu dalam berbagai wujud dan ekspresi. Ukurannya pun bervariasi.

| Baca Juga : Tidak Dikasih Labubu, Bocah Rusak Dekorasi Rumah Rp900 Juta

Kepada majalah Tatler Asia, pria pendiam itu mengaku belum tahu, sepopuler apa boneka ciptaannya itu.

“Saya tahunya dari teman-teman. Saya baru percaya popularitas itu setelah ibu saya minta di carikan Labubu,” ujarnya.

Labubu sebenarnya bukan satu-satunya dan bukan karya pertama Kasing. Sebab dia sudah menerbitkan beberapa komik anak-anak di Norwegia, sebelum akhirnya kembali ke Hong Kong untuk berkolaborasi dengan How2Work untuk merilis beberapa komiknya untuk disadur dan diterbitkan dalam bahasa Mandarin. Dan membuat beberapa figurine (boneka) untuk anak-anak.

Komik pertama yang langsung dia buat dalam bahasa Mandarin adalah My Little Planet. Yang terbit pada tahun 2013. Setahun kemudian dia bekerjasama dengan penulis cerita anak-anak ternama dari Belgia, Brigitte Minne, menulis Lizzy Wil Dansen.

Komik yang bercerita yang bercerita tentang seekor kelinci yang menyamar sebagai kucing demi bisa belajar balet. Buku cerita itu meraup sukses luar biasa dan mendapat penghargaan paling bergengsi untuk komik di Belgia.

| Baca Juga : Boneka Kesayangan Idol K-Pop, Lisa BLACKPINK Koleksi Labubu

Prestasi itu membuat nama kasing Lung tercatat dalam sejarah Tiongkok, sebagai ilustrator komik asal China, yang pertama meraih penghargaan itu.

Dua tahun kemudian, dia menulis komik The Story of Puca. Itu adalah buku pertama dari The Monsters Trilogy. Yang bercerita tentang sekelompok monster baik hati, yang tanpa sengaja membuat masalah.

Mereka adalah Zimomo, Labubu, si vegetarian Tycoco, Spooky yang sering muncul saat terang bulan, dan Pato yang wajahnya mirip tikus. Buku berikutnya dalam trilogi itu adalah
The Girl yang terbit tahun 2016). Dan Miro’s Requiem yang terbit setahun kemudian. Kisah Kambing

“Saat itu saya benarbenar ingin menciptakan dunia roh yang menjadi milik saya. Karena itu saya memasukkan elemen-elemen yang saya anggap menarik. Termasuk sifat-sifat ceria dan nakal. Sebab saya berharap roh-roh itu enerjik dan penuh semangat,” kata pria kelahiran 31 Desember 1972 itu.

Dikisahkan oleh komikus yang nama aslinya Lung Ka Sing itu, “Ketika pindah ke Belanda, kami tinggal di desa kecil. Orangtua saya buka restoran Chinese.Sambil menunggu me re ka pulang, saya mengisi waktu dengan membaca cerita rakyat Nordik. Dan mulai menggambar karakter-karakter yang ada di buku itu.”

| Baca Juga : Lembaran Kelam dan Komersialisasi Kuil Shaolin

Dari semua cerita rakyat yang dibacanya masa itu, Kasing mengaku sangat terpengaruh oleh isi buku The Three Billy Goats Gruff. Yang mengisahkan tentang tiga ekor kambing,
yang berhasil mengecoh raksasa yang hidup di hutan dan di bawah tanah.

“Meski cerita rakyat itu bersifat umum dan repetitif, tapi menurut saya isi nya menggugah
imajinasi. Sehingga tidak mengherankan kalau serial Belgia The Smurfs dan The Monsters bisa mendunia. Karena mereka terdiri dari banyak kepribadian. Dan motivasi saya dalam menggambar,” lanjut bapak satu anak itu.

Kasing mengaku, beberapa nama karakter komiknya didapat dari putri tunggalnya, yang
akrab di panggil yaya.

“Putri saya yang menamai karakter-karakter itu secara kebetulan. Tetapi hasilnya ternyata luar biasa. Dan dari semua karakter itu, yang paling saya suka Labubu. Dia berani me la ku kan hal-hal yang tidak biasa. Manusia akan cenderung tidak berani melakukan hal yang tidak biasa,” jelasnya tentang Labubu dan kawan-kawannya. (*)

Read Entire Article
Kerja Bersama | | | |