Film animasi ‘Jumbo’ masih menjadi hits hingga saat ini. Dilansir dari akun X @cinepoint_, garapan sutradara Ryan Adriandhy itu sudah mendapat lebih dari 6,6 juta penonton per Jumat (25/5/2025).
Kini, film tersebut menduduki posisi ke empat sebagai film Indonesia terlaris sepanjang masa, mengalahkan sejumlah judul besar lainnya, seperti ‘Dilan 1990’ serta ‘Pengabdi Setan 2: Communion’.
Keberhasilan tersebut tak lepas dari kemampuan 400 animator yang bekerja di baliknya. Beberapa dari mereka berasal dari Ayena Studio dan Meta Digi, studio animasi di Cimahi, Jawa Barat.
“Sebagai orang yang terlibat, rasanya senang banget. Karena ini pertama kalinya film 3D Animation yang kualitasnya bisa bersaing secara global. Yang seluruhnya dikerjakan oleh anak daerah,” ujar CEO Ayena Studio dan Meta Digi, Robby Ul Pratama Al Amin pada Nyata.
| Baca Juga: Poppy Sovia Jadi Istri Ustadz di Film ‘Godaan Setan yang Terkutuk’
Dia juga mengungkap proses seleksi yang harus dihadapi hingga akhirnya bisa mengerjakan film ‘Jumbo’. Salah satunya dengan melatih para animator yang mereka miliki.
“Kami pun melatih para animator untuk meningkatkan kualitas dan menyiapkan resource seperti hardware dan sebagainya,” jelas Robby.
“Ada uji kualitas bersama sutradara, technical director dan produser. Setelah berhasil melewati tahapan ini, kami mengikuti workshop. Dan setelah itu tim menonton film-film animation dan berdiskusi dengan sutradara dan penulis,” lanjutnya.
Setelah lolos seleksi, Ayena Studio menjadi dapur pembuatan film animasi ‘Jumbo’. Mereka mengerahkan 20 animator untuk menghidupkan semua karakter, seperti Don, Nurman, Peri Meri, Atta, dan lainnya.
Proses pembuatannya tentu sangat panjang, mulai dari layout, blocking, animation, hingga clean up. Semua pengerjaannya dilakukan secara hati-hati agar kualitas animasi yang dihasilkan baik. Hal tersebut terkadang membuat para animator kewalahan.
| Baca Juga: Diperankan Raihaanun, ‘Angkara Murka’ Angkat Cerita Horor Pertambangan
Meski demikian, proses pengerjaan tersebut bisa selesai dalam waktu hampir satu setengah tahun.
“Yang membuat lama itu karena ada trial and error. Ketika ada isu constraint atau ketika tangan menempel ke benda itu ada error tiba-tiba. Jadi hitungan setahun itu tidak semua shot, tapi ada beberapa shot balik ke kami, kemudian harus dikirim ulang,” jelas animator Ayena Studio, Riyandi Regia.
Jangan ketinggalan berita terhangat lainnya di Tabloid Nyata Cetak! Setiap minggunya, kami hadir dengan edisi terbaru yang penuh dengan kisah eksklusif, berita selebriti terkini, dan cerita inspiratif.
Dapatkan Tabloid Nyata Cetak dengan mudah! Klik link di sini untuk pemesanan via marketplace. (*)