NYATA MEDIA — Pernah mendengar tentang helicopter parenting? Itu merupakan istilah dalam penyebutan orangtua yang terlalu mengontrol dan mengawasi segala aspek kehidupan anaknya secara berlebihan.
Kenapa dinamai helikopter? Karena orangtua diibaratkan seperti baling-baling yang selalu berputar, mengikuti ke mana pun langkah anaknya pergi.
Contohnya, mengatur dengan siapa anak boleh berteman. Atau saat anak terlibat masalah, orangtua yang menyelesaikannya, alih-alih membiarkan si anak mencari jalan keluar sendiri.
Mungkin, beberapa orangtua beranggapan bahwa terlibat dalam kehidupan anak adalah cara terbaik untuk memastikan agar anaknya berhasil. Serta melindungi anak dari rasa sakit atau kecewa.
| Baca Juga : Terkait Motif Bunuh Diri Encuy ‘Preman Pensiun’, Begini Kata Polisi
Namun, hal itu justru bisa berdampak buruk. Anak jadi ketergantungan dengan orangtuanya. Mereka tumbuh menjadi pribadi yang tidak mandiri. Bahkan, bisa berdampak pada kesehatan mental.
Mereka jadi pribadi yang dikuasai ragu-ragu dan takut saat mengambil keputusan. Kehilangan kepercayaan dirinya dalam menentukan langkah hidupnya sendiri.
Deborah Gilboa, dokter sekaligus pakar bidang pengasuhan anak asal Amerika Serikat menuturkan bahwa penting untuk mengajarkan anak menghadapi kegagalan.
“Kegagalan dan tantangan mengajarkan anak keterampilan baru. Yang paling terpenting adalah mengajarkan bahwa mereka mampu untuk menangani tantangan hidupnya sendiri,” tuturnya, dikutip dari laman Parents.
| Baca Juga : Remaja 19 Tahun Lumpuh Gegara Sering Nunduk Main HP
Lantas bagaimana agar orangtua tidak terjebak helicopter parenting? Berdiskusi dan biarkan anak menentukan pilihan hidup sendiri. Sebagai orangtua, pasti ada rasa khawatir.
Namun, seperti yang sudah dijelaskan oleh Deborah, membiarkan anak menghadapi kegagalan dan melakukan tugas-tugas yang menantang fisik dan mental, juga membantu mereka tumbuh menjadi pribadi yang tangguh dan percaya diri.
12 Tags:
Kesehatan Mental Parenting