Melukis di Kanvas Terluas, Remaja Autis ini Raih Guinness World Records

5 hours ago 2
 Instagram/kanye_tagbo)Kanyeyachukwu Tagbo-Okeke, remaja autis peraih Guinness World Records (Foto: Instagram/kanye_tagbo)

Usianya baru 15 tahun, tapi remaja Nigeria bernama Kanyeyachukwu Tagbo-Okeke berhasil mencatatkan namanya dalam Guinness World Records.

Dia berhasil menjadi pelukis di kanvas terluas di dunia. Menariknya, dia adalah seorang remaja dengan autisme.

Sebagai catatan, rekor tersebut sebelumnya dipegang oleh Emad Salehi pada Desember 2022. Dia berhasil melukis ‘The story of the ball’ di atas kanvas seluas 9.652 meter persegi.

Dilansir dari People pada Rabu (30/4/2025), Kanyeyachukwu telah meraih rekor dunia tersebut pada November 2024. Namun lukisannya baru dipublikasikan tepat pada Hari Autisme Sedunia pada 2 April 2025. Di hari itu pula dia menerima sertifikat Guinness World Records-nya.

| Baca Juga: Kisah Anak ART Lulus Doktor Tercepat dan Termuda di UGM

“Ini membuka kesempatan besar bagi anak-anak berkebutuhan khusus dan orangtua mereka. Ini juga membuka mata masyarakat terhadap autisme dan kaum inklusi, serta memberi harapan jika kemungkinan selalu ada untuk setiap orang,” ujar Ibunda Kanyeyachukwu.

Kanvas yang dilukisnya sendiri memiliki luas hingga 12.303,87 meter persegi. Di sana, dia menuangkan karyanya yang berjudul ‘Impossibility is a Myth’ (‘Ketidakmungkinan adalah Mitos’).

Karyanya yang luar biasa bisa dilihat di akun Instagram @kanye_tagbo.

Orangtua Kanyeyachukwu menjelaskan, setelah mengetahui anaknya mengidap autisme, mereka segera mencari aktivitas yang tepat. Setelah mencoba banyak hal, ternyata dia menyukai kesenian.

“Dia melukis untuk mengekspresikan dirinya. Dia memilih warna, mencampurnya, dan mencurahkan fokus dan semangatnya untuk melukis. Dia sibuk dan fokus, tidak ada yang bisa menghentikannya,” ujar ayah Kenyeyachukwu.

| Baca Juga: Hampir Lumpuh Total, Seniman ‘Mouth Ninja’ Melukis dengan Mulut

Sejak saat itu kemampuannya terus diasah. Di usia 8 tahun, dia menjadi penerima termuda penghargaan Flame of Peace di Austria.

Dia juga telah mengadakan pameran solo di Terra Kulture Art Galleri pada 2019 lalu. Salah satu karyanya di pemeran tersebut menjadi kover di Art Vancouver Catalogue pada 2022.

“Di Nigeria, masih ada stigma tentang pengidap autis. Banyak orangtua yang justru merasa malu, sehingga anak mereka justru disembunyikan. Kami memulai ini sebagai bentuk sosialisasi pada orangtua agar jangan meninggalkan anak mereka. Anak-anak itu hebat dan berbakat,” ujar Ayah Kanyeyachukwu. (*)

Read Entire Article
Kerja Bersama | | | |