Di balik debut penyutradaraannya dalam film ‘Tinggal Meninggal’ (TingNing), Kristo Immanuel mengungkapkan hal pribadi yang menjadi inspirasi kuat dalam proses kreatifnya, yaitu rutin berkonsultasi ke psikolog.
Hal tersebut dibongkar istri Kristo Immanuel, Jessica Tjiu. Film tersebut ditulis dan disutradarai Kristo bersama Jessica.
“Kristo memang reguleran ke psikolog. Mungkin itu dasar yang kita masukkan dalam cerita film ini,” jelas Jessica Tjiu saat ditemui di Epicentrum, Kuningan, Jakarta Selatan, Rabu (6/8/2025).
Jessica Tjiu menambahkan bahwa dalam proses penulisan, mereka juga berdiskusi dengan beberapa teman yang memiliki latar belakang psikologi, termasuk aktor utama film ‘Tinggal Meninggal’, Omara yang sedang menjalani studi psikologi di St. Olaf College.
| Baca Juga: Kekhawatiran Kristo Immanuel saat Debut Sutradara ‘Tinggal Meninggal’
Sementara bagi Kristo, konseling bukan sekadar ruang curhat, melainkan cara untuk memahami lebih dalam cara kerja pikiran manusia.
“Aku pengin banget film ini merefleksikan betapa rumitnya manusia. Di film ini, bukan cuma tokoh utamanya, Gema, yang butuh validasi. Teman-teman kantornya juga. Semua orang, sebenarnya,” kata Kristo.
Meski tidak punya latar belakang ilmu psikologi, namun ia mengaku bahwa suaminya sering konsultasi ke psikolog.
Film ‘Tinggal Meninggal’ bercerita tentang Gema, seorang pemuda neurodivergen yang baru merasakan kehadiran dan perhatian orang-orang di sekitarnya saat ayahnya meninggal dunia.
| Baca Juga: Kristo Immanuel Terpilih Jadi Duta Jakarta Film Week 2024
Kondisi itu membuat Gema berusaha keras agar perhatian tersebut tidak hilang begitu saja—bahkan dengan cara-cara yang ekstrem dan menggelikan.
Namun di balik absurditas ceritanya, Kristo menyisipkan refleksi mendalam tentang kesehatan mental dan kebutuhan manusia akan koneksi sosial.
“Aku sedih kalau lihat orang gampang menyalahkan satu generasi. Padahal semua orang punya keresahan masing-masing. Aku harap film ini bisa jadi ruang empati,” ujar Kristo.
Baginya, ‘Tinggal Meninggal’ bukan hanya film hiburan, melainkan juga bentuk ,surat cinta’ untuk orang-orang yang sering merasa asing di tengah keramaian, terutama mereka yang disebut neurodivergen—yakni individu dengan pola pikir atau perilaku yang berbeda dari mayoritas.
| Baca Juga: Iwan Fals Akhirnya Mau Menyanyikan Ulang Lagu ‘Bunga Terakhir’
Omara Esteghlal yang memerankan Gema, mengaku menghadapi tantangan besar dalam memerankan karakter yang penuh lapisan emosi dan kontradiksi itu.
“Sifat Gema itu snappy, pikirannya cepat, tapi dia juga canggung, sulit bersosialisasi, dan sangat kesepian sejak kecil,” kata Omara.
Salah satu tantangan terbesarnya adalah menampilkan transisi emosi yang ekstrem dalam waktu singkat.
“Pergantian emosi dari marah, senang, tertawa, bingung, semua terjadi dalam 10 detik. Tapi di saat bersamaan, dia juga harus tetap membagi atensinya ke teman-temannya, antara dunia nyata dan dunia fiksinya,” ungkapnya.
Kristo bahkan mengarahkan agar adegan-adegan kompleks itu dilakukan dalam satu take, tanpa potongan.
“Pokoknya harus marah, terus sedih, lalu bingung. Tapi begitu ngomong ke kamera, harus terlihat santai. Begitu balik ke teman-temannya, langsung jadi canggung lagi. Ini benar-benar akrobat emosi,” kata Omara sambil tertawa. (*)
Jangan ketinggalan berita terbaru dan kisah menarik lainnya! Ikuti @Nyata_Media di Instagram, TikTok, dan YouTube untuk update tercepat dan konten eksklusif setiap hari.