Nama Rafael Kamal baru-baru ini menarik perhatian publik usai muncul di kanal YouTube Kang Dedi Mulyadi Channel. Remaja 15 tahun itu merupakan pembalap gokart Indonesia.
Ketertarikannya pada dunia balapan berawal ketika dia ikut ayah dan kakaknya ke sebuah sirkuit. Rafael pun mulai mencobanya sendiri pada usia 7 tahun.
Prestasi pertama diraihnya saat berusia 9 tahun. Saat itu dia berhasil mendapat Juara Nasional Kelas Kadet 2019.
Sejak saat itu, Rafael mulai mendulang prestasi lainnya. Baik itu di dalam negeri maupun di luar negeri seperti Singapura, Malaysia, serta Jepang.
| Baca Juga: Dandim 0709/Kebumen Angkat Pamor Kabupaten Lewat Buku
Seperti yang diketahui banyak orang, balapan merupakan salah satu olahraga yang mahal. Tidak semua orang bisa melakukannya. Hal tersebut juga yang dirasakan Rafael Kamal.
Dia mengatakan, biaya sekali bertanding bisa menghabiskan puluhan hingga ratusan juta. Di antara para pembalap lain, Rafael termasuk yang jarang bertanding di luar negeri karena terkendala biaya.
Padahal balapan di luar negeri penting. Sebab, bisa membuka jalannya menuju sirkuit Formula 1 (F1) nantinya.
“Kita balapan di Italia enam kali setahun. Dibanding mereka (lawan) bisa sampai 30 kali setahun,” jelasnya, dilansir dari YouTube Kang Dedi Mulyadi Channel beberapa waktu lalu.
Tak jarang Rafael harus kecewa karena hadiah yang diperolehnya tidak setara dengan biaya yang harus dikeluarkannya.
| Baca Juga: Sabrina Cohen-Hatton, Dulu Gelandangan Kini Jadi Penasihat Pangeran William
“Pernah (juara di sirkuit Sentul). Dapat piala saja sejujurnya, sama uang untuk senang-senang sedikit. Tapi jumlahnya kecil, pengeluarannya jauh lebih banyak,” akunya.
Hingga saat ini, Rafael masih belum memiliki sponsor. Jadi soal biaya bertanding dan lomba dia masih mengandalkan ayahnya berprofesi sebagai dokter kandungan.
Jika ada biaya, maka anak terakhir dari empat bersaudara itu akan berangkat bertanding. Namun ini bukan soal uangnya, menurut Rafael yang paling penting dalam olahraga tersebut adalah pengorbanan.
“Tapi untuk mencapai level tertinggi harus berkorban dan mendapat support dari tim,” ujarnya. (*)