Debut Marcel Chandrawinata Sebagai Produser di ‘The Dark House’

1 day ago 26

Marcel Chandrawinata akhirnya tertarik untuk berkegiatan di belakang layar sebagai produser. Film horor ‘The Dark House’, produksi Citrus Cinema dan Infinix One, menjadi debutnya sebagai produser.

“Sejak 2005 aku sudah berkecimpung sebagai aktor. Akhirnya aku ingin mencoba sesuatu yang baru, penasaran rasanya bekerja di belakang layar itu seperti apa. Dan ternyata cukup sulit,” ungkap Marcel saat Gala Premiere ‘The Dark House’ di Epicentrum XXI, Kuningan, Jakarta, Senin (2/6).

Menurutnya, bekerja sebagai produser film sangat berbeda dengan bekerja di depan layar. Tantangan yang dihadapi berbeda. Menjadi produser, menuntut tanggung jawab yang jauh lebih luas.

Marcel Chandrawinata tidak hanya hadir saat proses syuting, tetapi juga harus terlibat di seluruh tahapan produksi, mulai dari perencanaan hingga film siap tayang.

| Baca Juga: Nino Fernandez Resmi Gantikan Mischa Chandrawinata di Series ‘Duren Jatuh’

“Kalau sebagai pemain, kita hanya menggali karakter dan memberikan yang terbaik saat syuting. Tapi produser itu beda, langkahnya banyak. Dari awal sampai akhir kita harus ikut terlibat dan memastikan semuanya berjalan sesuai dengan visi kita,” jelasnya.

Menariknya, Marcel selama ini belum pernah bermain film horor, namun ia justru dipercaya untuk memproduseri film bergenre horor thriller, genre yang selama ini jarang ia geluti itu.

“Aku jarang main film horor, tapi justru debut sebagai produser malah di genre ini. Setelah ini, baru deh mungkin main film horor juga,” ujar pria kelahiran Hannover, Jerman, 29 Maret 1987 itu.

Diakuinya, ‘The Dark House’, karya sutradara Hans Wanaghi, menjadi langkah awal bagi Marcel Chandrawinata untuk meniti karier di balik layar. Film ini menjadi pengalaman berharga sekaligus ruang belajar baginya dalam dunia produksi film.

| Baca Juga: Super Kocak, ‘Warkop DKI’ Hadir dalam Versi Animasi

Suami Pricilla Deasy Tirtadjaja itu menerima tawaran dari Hans dan teman-teman Infinix One Pictures untuk menggarap film horor perdananya. “Kebetulan aku sama ko Hans, Maria, ko Alvin sama-sama belajar, karena aku jarang suka main film horor dulu,” ujarnya.

Pendalaman Karakter Cast Film

 Naomi/Nyata)Marcel Chandrawinata (empat dari kiri) bersama para pemeran film horor terbaru ‘The Dark House’. (Foto: Naomi/Nyata)

Film yang diangkat dari kisah nyata Sukma-Ayu tahun 1958 itu mengisahkan pasangan Dewi dan suaminya, Arya yang menderita psikosis, sedang menjalani program kehamilan dan memutuskan berlibur di sebuah rumah tua di kaki Gunung Slamet.

Namun, rumah itu menyimpan kisah kelam yang membuat keduanya terjebak dalam peristiwa mistis yang tak masuk akal.

“Pesan yang ingin kami sampaikan di film ini adalah bahwa ada banyak cara manusia berinteraksi dengan dunia gaib, salah satunya lewat permainan mistis. Tapi jangan pernah melanggar aturan yang sudah ada,” tandas pemeran Rio dalam film Street Society itu.

Film yang dijadwalkan tayang di seluruh bioskop Indonesia mulai 12 Juni 2025 ini dibintangi Karina Ranau sebagai Dewi, Ade Bilal Perdana sebagai Arya, Theo Culver sebagai Ansel, dan Delia Alena sebagai Gaby.

“Untuk aku sendiri sebagai Dewi, untuk riset peran selalu berdiskusi dengan om Hans seperti apa dan bagaimana. Tapi dalam film ini saya harus berinteraksi dengan Gomez, anjing kesayangan tim produksi. Sebagai aktrisr, saya harus berdamai dengan ketakutan saya,” ujarnya.

| Baca Juga: Deretan Film Bioskop Juni 2025, Siap Temani Liburan Sekolah

Lebih lanjut, Karina juga berbagi soal proses membangun chemistry dengan lawan main.

“Kami sering diskusi, terutama karena karakter saya adalah istri Arya. Bahkan untuk adegan-adegan yang lebih intim, saya dan Mas Arya sempat berdiskusi juga dengan suami saya, Kang Epi,” tutur Karina.

Sementara Ade Bilal Perdana mengatakan bahwa ia terinspirasi dari tokoh pelukis Belanda legendaris, Vincent Van Gogh saat menghidupkan karakter Arya, seorang pelukis yang menderita Psikosis.

“Vincent punya gangguan mental, dan itu mendekati karakter Arya. Saya pelajari bagaimana cara berpikir dan merasakan dari sosok seperti dia,” jelas Ade Bilal.

| Baca Juga: Berjuang Jadi Arum, Saskia Chadwick Akui Sulitnya Adegan Kesurupan

Dan yang cukup menarik perhatian, hadirnya seekor anjing ras Belgian Malinois bernama Gomes di film ini. Gomes berperan sebagai anjing penurut dan sangat setia, seekor anjing kesayangan Dewi dan Arya. Karena telah menjadi bagian hidup pasutri ini, Gomes diajak staycation di vila agar relaks.

Gomes pihak pertama yang merasakan kejanggalan dalam vila. Berkali ia menggonggong dengan sorot mata tajam lantaran melihat sesuatu.

“Gomes akan jadi pemeran pendukung di film ini. Tidak seperti perangainya yang galak, di sini Gomes sebagai anjing penurut dan setia. Saking setia, ia bahkan rela membiarkan nyawanya terancam,” ujar Hans Wanaghi, Sutradara The Dark House.

Hans mengatakan bahwa tidak mudah untuk mengarahkan seekor anjing dalam proses syuting. Terlebih film ini merupakan film horor yang membutuhkan ketegangan intens. Bahkan, butuh waktu lebih dari satu tahun untuk mempersiapkan Gomes agar dapat berakting secara maksimal.

| Baca Juga: Luna Maya Kembali Perankan ‘Suzzanna’, Duet Bareng Reza Rahadian

Permainan Charlie Charlie

Namun yang unik dan yang langsung memancing perhatian penonton adalah penggunaan permainan pemanggil arwah asal Spanyol, Charlie Charlie.

Alih-alih menggunakan ritual lokal seperti jelangkung, Hans menjelaskan bahwa film ini memang mengambil inspirasi dari kisah Sukma dan Ayu di tahun 1950-an, tapi dihadirkan dalam setting masa kini.

Tokoh-tokoh utama seperti Arya dan Dewi merupakan representasi anak muda zaman sekarang, yang menurut Hans lebih mengenal tren luar negeri daripada ritual tradisional.

“Anak-anak masa kini mungkin belum familiar dengan dukun atau jelangkung. Mereka lebih akrab dengan hal-hal kebaratan, dan dari situlah ide Charlie Charlie muncul,” papar Hans.

| Baca Juga: Gara-gara Peran Fotografer, Davina Karamoy Kini Punya Hobi Baru

Lokasi Syuting Yang Mendukung

Suasana tegang, kabut yang mengambang di atas rumah tua, dan bisikan dari masa lalu, itulah atmosfer yang dibawa film ‘The Dark House’.

Terkait lokasi film yang tampak sangat otentik dan terasa seperti karakter tersendiri dalam cerita, Hans bilang, itu bukan kebetulan. Menurut Hans, pemilihan lokasi syuting di Baturaden bukan hasil hunting biasa.

“Cerita ini berasal dari imajinasi penulis kami, lengkap dengan rumah, basement, tangga, dan pohon di luar jendela. Dan anehnya, penulis itu menemukan tempat itu secara tidak sengaja saat liburan, tempat itu sama persis dengan bayangannya, padahal dia belum pernah ke sana sebelumnya,” ungkap Hans.

Hans melanjutkan, film ini rupanya adalah bagian pertama dari sebuah trilogi. Kisah Sukma dan Ayu sebenarnya lebih detailnya ada di film pertama dari tiga cerita kata Hans.

Menurutnya, film pertama mengambil latar tahun 1950-an, lalu berkembang ke tahun 1990-an, dan kini disajikan dalam versi modern. Strategi ini diambil untuk menjaga rasa penasaran penonton sekaligus menyiapkan landasan kuat untuk dua sekuel berikutnya. (*)

Read Entire Article
Kerja Bersama | | | |