Astrid Ika Paramitha Temukan Melon Hitam Pertama di Dunia

1 week ago 13

Pernah terbayang melihat buah melon tetapi berwarna hitam? Dulu mungkin terdengar mustahil. Namun kini hal itu jadi nyata. Belum lama ini, varietas melon hitam pertama di dunia berhasil dikembangkan. Penemu varietas baru itu adalah Astrid Ika Paramitha, mahasiswi S3 Universitas Brawijaya (UB) Malang.

Melon yang diberi nama Sawwad Melon De Aster itu memiliki berat 1,5 kg, kulit mulus seperti melon golden, tetapi berwarna hitam. Daging buah berwarna oranye cerah, diameter buah sekitar empat sentimeter. Ketebalan kulit sekitar 0,3 sentimeter. Dengan kadar kemanisan mencapai 15 brix, lebih manis daripada melon biasanya.

Keunggulan lain, melon hitam teksturnya kenyal dan tahan penyakit.

”Kulit luarnya hitam itu bisa tahan penyakit dan kuat. Manisnya bervariasi ada yang 15 brix sampai 17 brix, kalau melon biasa hanya 12 brix. Kadang ada juga yang rasanya kecut, sepoh (hambar, red). Bagi saya, melon hitam ini sempurna banget. Selain manis, juga daging buah warnanya oranye. Pas dikunyah itu lembut dan kenyal. After taste-nya thick, wangi, enak gitu,” kata Astrid kepada Nyata, beberapa waktu lalu.

| Baca Juga: Mengenal Fathimah Alatas, Desainer Muda yang Awalnya Aktris Sinetron

Riset melon itu dilakukan Astrid untuk merampungkan disertasinya di program doktoral Jurusan Pemuliaan Tanaman dan Bioteknologi UB. Dari awal, dia ingin merakit genetik harapan baru bagi petani untuk meningkatkan kualitas buah di Indonesia.

”Dulu itu saya mau merakit varietas strawberry. Tetapi untuk bisa meriset itu butuh waktu enam tahun. Sedangkan studi S3 itu paling lama empat hingga tujuh tahun. Takut waktunya nggak nutut. Akhirnya saya meneliti melon. Selain itu, target saya ingin meningkatkan produk lokal sehingga bisa setara dengan produk luar negeri. Saya berusaha fokus ke kualitas buah, bagaimana caranya merakit sebuah genetik harapan baru yang terbaik di antara yang terbaik,” alasannya kala itu.

Hingga pada Mei 2021, wanita berusia 39 tahun itu memulai riset. Penelitian menggunakan metode rekayasa genetika dari penyinaran radiasi sinar gama, yang melibatkan beberapa generasi seleksi dan evaluasi untuk mengidentifikasi dan menstabilkan tanaman dengan sifat-sifat yang diinginkan.

Mulanya Astrid membawa 5.400 biji melon, yang kemudian diradiasi menggunakan irradiasi sinar gama dengan berbagai dosis di laboratorium Badan Teknologi Nuklir Nasional (BATAN) Jakarta.

 | Baca Juga: Farikha Sukratun Nikmah, Kasir Toko Bangunan Jadi Wasit Internasional

Biji-biji itu lalu ditanam di lahan seluas satu hektar di green house milik kelompok Tani Madu Kismo di Desa Permanu, Pakisaji, Malang. Tahap penanaman dilakukan dalam tiga tahap, yang masing-masing membutuhkan waktu tiga bulan untuk berbuah.

Penyiraman dan pemupukan menggunakan teknologi internet of things (IOT) bantuan dari Kementerian Komunikasi dan Informatika (sekarang Kementerian Komunikasi dan Digital). Astrid dibantu beberapa mahasiswa dan petani setempat.

Di tahap pertama (M1), melon bermutasi menjadi berbagai bentuk dan warna unik. Dari situ, Astrid mengevaluasi sebanyak 1.800 melon untuk diambil bijinya berdasarkan karakteristik kualitatif dan kuantitatif buah.

Biji itu lalu ditanam kembali di tahap ke dua (M2). Perubahan signifikan terlihat pada tahap mutasi ke tiga (M3), tepatnya bulan Desember 2024 lalu. Dari 1.500 benih yang disemai, terdapat 1.300 genetik baru.

Kala itu, Astrid berharap akan mendapatkan melon dengan warna kesukaannya, yaitu hijau pupus. Tetapi banyak ragam bentuk dan warna melon yang tercipta.

| Baca Juga: Kisah Rafael Kamal, Pembalap 15 Tahun yang Berjuang Menembus Sirkuit Dunia

Melon-melon itu lalu diuji secara organoleptik, yakni penilaian terhadap tampilan (warna, kilap), bau (aroma), rasa, dan tekstur (kekerasan, kelembutan). Ada yang emas, termasuk warna melon hitam. Ada yang rasa durian, bubble gum hingga melati.

”Jadi rasanya saya icip satu-satu dari sepotong-sepotong itu. Ada yang manis, sepoh, kurang manis. Ada yang rasa durian, bubblegum, melati, terus ada yang pahit. Terus ketebalan kulit, buah, diameter buah, bobot. Saya amati semua. Sedangkan yang warna hitam, itu memang sudah manis, aromatik, luarnya crunchy, dalamnya itu kenyal,” ceritanya.

 Dok. Pri)Bentuk melon hitam. (Foto: Dok. Pri)

Tetapi Astrid memutuskan untuk meneliti lebih dalam melon hitam itu karena lebih unggul dari varietas lainnya.

”Karena target utama saya adalah melon yang warnanya itu hijau pupus, dalamnya oranye. Cuma saya tidak sadar itu kok warna hitam. Karena mutasi itu kan berubah. Kalau sudah ditemukan yang unik satu, maka di tahap selanjutnya M4, M5 itu sudah menurun. Tapi kapasitasnya dari satu mendapatkan dua, dua mendapatkan empat, empat mendapatkan lima. Nanti dicari-cari terus sampai dia stabil,” terang dosen Agroteknologi di sebuah perguruan tinggi di daerah Kepanjen, Malang itu.

Penemuan ini menjadikan Indonesia sebagai negara satu-satunya di dunia yang memiliki varietas melon hitam. Setelah Perancis dengan Noir des Carmes, blewah hitam pertama yang ditanam biarawati Karmelit sejak tahun 1787.

”Saya mendapati munculnya sifat dominan warna hitam, hijau tua, dan hijau muda dalam satu bedeng tanaman. Melon warna hijau kehitaman dan hitam kehijauan persentase hanya tiga banding 1.500 individu. Hitam bintik putih sembur hijau ada lima banding 1.500. Ada melon hijau yang sebagian kulit gelap sebagian terang dengan kulit luar berserat atau motif satu banding 1.500 individu,” imbuh ibu tiga anak itu.

| Baca Juga: Sabrina Cohen-Hatton, Dulu Gelandangan Kini Jadi Penasihat Pangeran William

Daya simpan melon hitam bisa tahan hingga 2,5 bulan. Memungkinkan buah itu menjadi komoditas ekspor. Kini Astrid telah menyelamatkan 500 biji melon hitam untuk dijadikan benih lanjutan. Tetapi usaha membudidayakan melon hitam juga tidak mudah. Selain riset yang panjang. Biaya yang dibutuhkan cukup besar.

”Saya menghabiskan Rp300 juta. Dana simpanan saya buat lulus sudah habis. Kalau mau dibudidayakan ya perlu dana besar. Setelah lulus itu biasanya kita akan bersaing secara nasional bikin proposal dan segala macam. Tapi memang saya berusaha sebelum itu sudah jalan. Karena kan untuk membuat genetik harapan baru menuju varietas itu kan butuh waktu dan biaya,” harapnya. (*)

Read Entire Article
Kerja Bersama | | | |