Sukses dengan ‘Train to Busan’ (2016) dan ‘#Alive’ (2020), industri perfilman Korea Selatan kembali menyuguhkan film zombie terbaru berjudul ‘My Daughter is a Zombie’.
Film yang diadaptasi dari webtoon karya Lee Yoon Chang itu dijadwalkan tayang perdana di bioskop pada 30 Juli 2025. Dibintangi oleh Jo Jung Suk, Lee Jung Eun, Choi Yu Ri, Cho Yeo Jeong, dan Yoon Kyung Ho.
Sinopsisnya bercerita tentang Lee Jeung Hwan (Jo Jung Suk), seorang ayah tunggal yang membesarkan putrinya, Lee Soo AH (Cho Yu Ri).
Suatu hari, virus zombie tiba-tiba merebak di seluruh kota. Soo Ah tergigit dan menjadi zombie. Alih-alih ketakutan, Jeung Hwan justru memutuskan untuk membawa pulang putrinya ke rumah ibunya, Kim Bam Soo (Lee Jung Eun).
| Baca Juga : Drakor ‘All of Us Are Dead 2’ Mulai Syuting, Ada 4 Pemain Baru!
Di sana, dia melatih putrinya itu untuk bisa menjalani hidup layaknya manusia normal. Jeung Hwan harus melindungi Soo Ah yang menjadi zombie terakhir di dunia ini agar tidak dimusnahkan.
‘My Daughter is a Zombie’ digadang-gadang akan masuk daftar box office Korea Selatan pada 2025. Menurut data dari Korean Box Office Information System (KOBIS), per Selasa (29/7) pukul 12:14 WIB, jumlah penjualan tiket pre-sale mencapai 288.282.
Dengan angkat tersebut, film garapan sutradara Pil Gam Seong itu mencatatkan rekor penjualan tiket pre-sale tertinggi. Melampaui ‘Mission: Impossible – Final Reckoning’ dengan jumlah penjualan sebanyak 255.213.
| Baca Juga : Keseruan Jo Seho-DinDin Jadi Zombie di ‘Zombieverse 2’
‘My Daughter is a Zombie’ telah menarik minat publik berkat ceritanya tentang zombie yang terbilang unik. Karena siapa yang terpikirkan bisa melatih zombie? Kebanyakan film zombie berkisah tentang perjuangan manusia untuk melarikan diri.
Selain itu, ceritanya juga dibumbui dengan beragam adegan dan dialog komedi. Serta kisah haru antara ayah dan anak.
Sutradara Pil Gam Seong menyatakan bahwa tokoh penting dalam film garapannya sebenarnya bukan zombie. Tapi seekor kucing oranye bernama Aeyong-i. Dia disebut menjadi identitas dan jiwa filmnya.
“Sejujurnya, saya menganggap Aeyong-i sebagai identitas dan jiwa dari filmmnya. Saya berpikir bahwa film ini tidak akan bisa berjalan tanpa Aeyong-i,” tuturnya. (*)