Persahabatan yang terjalin di lokasi syuting kerap berlanjut menjadi ikatan yang lebih kuat, bahkan melahirkan karya baru. Hal inilah yang terjadi antara Happy Salma dan Putri Marino, setelah keduanya dipertemukan dalam film horor ‘Tebusan Dosa’.
Proses syuting yang berlangsung selama hampir 30 hari di Magelang, Jawa Tengah, pada tahun 2024, meninggalkan kesan mendalam bagi keduanya hingga sekarang.
“Kita makin dekat setelah sama-sama syuting film ‘Tebusan Dosa’. Dia itu (Putri) udah seperti adik saya sendiri. Di situlah kami lebih saling mengenal. Ada rasa yang bikin ngerasa suatu saat kita akan kerja bareng deh,” ungkap Happy Salma saat ditemui dalam gelaran seni Tulola Kawan Nusantara: Identitas di The Dharmawangsa, Jakarta Selatan, Kamis (31/7/2025).
Bagi Happy Salma, Putri Marino bukan hanya cantik secara fisik, tetapi juga memiliki kecantikan jiwa yang memikat. Aktris kelahiran Sukabumi berusia 45 tahun itu, mengagumi kerendahan hati Putri dalam mengakui bahwa ia masih banyak belajar dalam kariernya.
“Dalam obrolan kami, Putri bilang, ‘Saya mungkin masih banyak kekurangan tapi mungkin saya ada kelebihan juga’. Karakter seperti itu penting dan menarik untuk jadi inspirasi sebuah karya,” ujar Happy Salma.
| Baca Juga: Happy Salma dan Ariel Tatum Bangga Pakai Kebaya di Jepang
Kekaguman itulah yang akhirnya mendorong Happy Salma untuk mengajak Putri menjadi muse dalam koleksi art wear terbarunya yang bertema ‘Identitas’.
“Kami terinspirasi Putri Marino, personanya itu yang membuat dia kita jadikan muse. Seperti tahun lalu, ada Dian Sastro, pernah juga Marsha Timothy,” lanjut Happy Salma.
Putri Marino sendiri mengaku tidak berpikir dua kali saat mendapat tawaran kolaborasi tersebut. Persahabatan yang terjalin sejak lama, ditambah kedekatan yang terbentuk selama syuting ‘Tebusan Dosa’, membuatnya merasa nyaman untuk berkarya bersama.
“Kita sering ngobrol satu sama lain. Hingga akhirnya dua bulan lalu Teh Happy mengajak untuk sama-sama berkarya dalam bentuk seni desain atau art wear, dalam wujud seperti necklace, earring, brooch hingga bags,” jelas Putri Marino.
Tema Identitas yang diinisiasi Happy Salma dan Sri Luce langsung terasa selaras dengan pemikiran Putri Marino. Setelah memahami makna di baliknya, ia tak ragu untuk bergabung dalam proyek tersebut.
| Baca Juga: Happy Salma Comeback Bermonolog di Peringatan 100 Tahun Pramoedya Ananta Toer
Kolaborasi ini tak hanya sekadar perpaduan ide, tetapi juga membawa makna mendalam. Tema ‘Identitas’ lahir dari keresahan keduanya sebagai aktor yang kerap memerankan karakter berbeda hingga tanpa disadari bisa mengikis jati diri sendiri.
“Saya banyak ngobrol ke Teh Happy tentang diri sendiri, kebahagiaan, karir, mimpi tentang bagaimana kita mencari jati diri kita sebagai aktor yang kadang-kadang terkikis ya,” ujar Putri Marino.
Aktris 31 tahun ini menambahkan, sering kali peran-peran berat atau bertolak belakang dengan kepribadian asli membuat aktor melupakan diri mereka yang sebenarnya.
“Jadi gimana kita harus stuck to jati diri kita supaya tetap menjadi manusia yang utuh. Nah, dari obrolan itu sebenarnya terciptalah koleksi-koleksi ini. Jadi sebenarnya sesimple itu,” ungkap istri Chicco Jerikho ini.
| Baca Juga: Jadi Dukun, Happy Salma Hancurkan Rumah Tangga Orang Lain
Putri Marino mempercayakan urusan desain kepada Happy Salma dan Sri Luce yang menurutnya memiliki ide luar biasa dalam menggambarkan makna ‘Identitas’.
“Aku percaya dengan Teh Happy dan Mba Sri Luce, jadi kalau urusan desain aku percayakan ke mereka. Seperti motif rajut ini memiliki filosofi, sebagai manusia kita bisa menyambungkan semua energi, mimpi dan jati diri kita supaya bisa menjadi manusia yang lebih utuh lagi,” jelas peraih Piala Citra 2017 lewat film ‘Posesif’ ini.

Perayaan Kawan Nusantara ‘Identitas’ ini berlangsung dua hari. Mulai 31 Juli – 1 Agustus 2025 di The Garden & Nusantara Ballroom, The Dharmawangsa. Menghadirkan sinergi kreatif bersama seniman lintas bidang. Seperti sutradara Garin Nugroho melalui medium film pendeknya bertajuk ‘Kegelisahan Sinta’ yang berdurasi 8 menit yang berkisah tentang penggambaran perjalanan batin menemukan jati diri.
Ada arsitek Trianzani Sulshi mengekspresikan keterkaitan antara identitas personal dan ruang di sekitarnya hingga Garden of Solo yang menghadirkan karya busana yang memadukan nilai tradisional dan pendekatan kontemporer. (*)