Tanggal 30 November 2004 adalah tanggal yang tidak akan pernah dilupakan Laura Lazarus. Di tanggal itu, jiwanya nyaris pergi. Namun di tanggal yang sama itu, ia seperti dilahirkan kembali.
Laura Lazarus adalah pramugari Lion Air dengan nomor penerbangan JT 538, yang tergelincir di Bandara Adi Sumarmo, Surakarta, JawaTengah. Sebanyak 23 orang tewas dan 61 lainnya luka-luka.
Laura sempat dinyatakan sebagai kru yang meninggal. Tubuhnya ditemukan di bawah pesawat, namun ternyata masih hidup. Ia koma tiga hari. Keluarga dan rekan-rekannya pun pasrah.
Namun wanita yang kini berusia 41 tahun itu diberi kesempatan ke dua. Meski dalam perjalanannya sangat tidak mudah.
| Baca Juga : 38 Tahun Jadi Pramugari, Evilia Andryanto Tak Ingin Anak-Cucu Ikuti Jejaknya
”Trauma itu masih terasa hingga saat ini. Tapi saya bersyukur Tuhan memberi kesempatan hidup ke dua. Karena itu, jangan pernah menyerah. Saya tidak tahu apa yang akan terjadi hari ini dan apa yang terjadi di masa depan. Tapi kesempatan ke dua adalah anugerah dari Tuhan,” kata Laura kepada Nyata, Minggu (15/6) lalu.
Hampir 21 tahun berlalu sejak kecelakaan itu, banyak hal terjadi. Hidup dan fisik Laura juga tidak lagi sama. Dan sejak 2022 lalu, Laura memulai hidup baru lagi di Australia.
”Kalau di sini (Indonesia) terus, pasti saya stres. Saya pilih negara lain untuk memulai hidup baru. Hidup yang lebih baik dengan perasaan lebih tenang,” kata Laura lagi.
Keberanian itu bukan datang tiba-tiba. Ia merencanakan hal tersebut pasca operasi terakhir, yaitu operasi ke 19 pada 2019 silam.
| Baca Juga : Mengenang Sosok Oshima Yukari, Pramugari Korban Kebakaran Glodok Plaza
”Tetap bertahan di tanah air dengan kondisi fisik yang tidak normal, akan sulit mencari pekerjaan. Dengan merantau, saya berharap akan menemukan jalan baru. Hidup baru yang lebih baik,” lanjutnya.
Selain melanjutkan pendidikan, Laura juga mencari pekerjaan di Australia. Di sana, penulis buku bestseller Unbroken Wings itu bekerja di sebuah panti sosial mengurus orangtua disabilitas.
”Saya menikmati pekerjaan itu. Karena sebaik-baiknya hidup adalah membantu banyak orang. Itu jadi berkah,” ucap Laura.
”Saya sudah berdamai dengan diri sendiri. Saya ingin hidup lebih berguna, membantu orang lain. Dengan pekerjaan ini, traumanya terus berkurang,” imbuhnya.
| Baca Juga : Kebakaran Glodok Plaza, Jasad Pramugari Oshima Yukari Ditemukan
Sebenarnya Laura tidak pernah terpikir menekuni pekerjaan seperti sekarang ini. Ada teman yang menawarkan pekerjaan ini dan ia tidak menolak.
Laura berkaca pada diri sendiri. Selama 19 tahun, ia duduk di kursi roda, hidupnya bergantung pada orang lain. Kini giliran ia membantu.
”Saya lama duduk di kursi roda. Saya punya teman, keluarga dan saudara yang memberi semangat. Sekarang sudah saatnya naik level dengan giliran memberi semangat,” katanya lagi.
Untuk menjadi pengasuh lansia disabilitas, Laura menjalani training dan kini mengantongi sertifikat evel IV. Yaitu syarat seorang individu dengan ketrampilan dan pengetahuan
untuk memberikan perawatan kepada orang dewasa maupun lansia. (*)
Kisah selengkapnya bisa dibaca di Tabloid Nyata Cetak edisi 2811, Minggu ke IV Juni 2025