Film komedi romantis ‘Jodoh 3 Bujang’ yang diproduksi Starvision bekerja sama dengan Rhaya Flicks akhirnya tayang serentak di bioskop pada 26 Juni 2025.
Sinopsis filmnya bercerita tentang tiga bersaudara dari keluarga Bugis-Makassar, Fadly (Jourdy Pranata), Kifly (Christoffer Nelwan), dan Ahmad (Rey Bong). Mereka diminta orangtuanya untuk nikah kembar (nikah dalam waktu yang bersamaan) karena keterbatasan biaya.
Namun, tiba-tiba calon istri Fadly dijodohkan dengan pria lain. Ia pun harus segera mencari pengganti, atau rencana pernikahan yang sudah disiapkan terancam gagal.
Pada Kamis (25/6), Nyata berkesempatan melakukan tanya jawab bersama empat pemerannya, yakni Jourdy Pranata, Maizura, Aisha Nurra Datau, Barbie Arzetta, dan sutradara Arfan Sabran, saat mereka cinema visit di Royal Plaza Surabaya.
| Baca Juga : Masa Depan ‘M3GAN 2.0’, Bakal Jadi Film Supervillain?
Dalam kesempatan itu, Arfan sebagai sutradara menjelaskan filmnya diangkat dari kisah nyata.

“Kita ketemu dengan tiga bujang yang asli dengan ibunya juga, sekeluarga. Mereka sangat senang, terutama Fadly. Saat dia menonton sama istrinya, dia mengenang bagaimana sulitnya dulu. Ternyata dia seperti itu perjuangannya. Istrinya juga sangat mengapresiasi,” ujarnya.
Menariknya, Fadly yang asli dan istrinya menyaksikan film ‘Jodoh 3 Bujang’ pertama kali di hari perayaan anniversary pernikahan mereka yang ke-6.
“Waktu nonton pertama kali itu mereka nonton bersama pas ulang tahun pernikahan yang ke-6. Jadi kayak kado ulang tahun pernikahan bagi mereka. Cerita mereka dijadikan layar lebar,” imbuh Arfan.
| Baca Juga : Ed Sheeran Bikin Lagu Film Balap ‘F1’ Bareng John Mayer-Dave Grohl
Syuting dilangsungkan di Makassar kurang lebih selama satu bulan. Jourdy, Aisha, dan Barbie, berlatih berbicara bahasa Makassar. Kecuali Maizura, pemeran karakter Nisa, yang memang merupakan keturunan Makassar.
Jourdy yang berperan sebagai tokoh utama pria mengatakan, film ‘Jodoh 3 Bujang’ mengubah persepsinya tentang budaya.
“Khususnya soal budaya panai itu. Awalnya aku sempat skeptis, kenapa ketika dua orang yang jatuh cinta dan ingin menikah harus dihantam dengan nominal,” ujarnya.
“Tapi ketika kami para cast belajar lebih dalam lagi soal budayanya, ternyata dari akarnya itu budaya itu dibuat bukan untuk mempersulit, justru orang tua itu ingin melindungi anak-anaknya dari calon suami yang tidak serius,” lanjutnya.
Namun, seiring perkembangan zaman, uang panai itu seolah berubah maknanya. Bukan lagi menjadi ‘pelindung’ tapi justru menjadi ajang flexing.
| Baca Juga : Film Debut Sutradara Jeropoint, ‘Jalan Pulang’ Tembus 1 Juta Penonton
Maizura, dari perannya sebagai karakter calon istri Fadly bernama Nisa, belajar pentingnya mengambil keputusan sesuai kata hati.
“Karena keputusan yang kita ambil hari ini, bisa menentukan kehidupan kita di suatu hari nanti akan bahagia atau justru penuh dengan penyesalan dan kesedihan,” tuturnya.
Hal serupa juga disampaikan oleh Aisha Nurra Datau yang membahas pentingnya komunikasi antara anak dengan orangtua. Meski terkadang, orangtua tidak bisa memahami pandangan anak, tapi tetap harus ada usaha untuk membuat mereka mengerti
“Aku belajar komunikasi dan berani maju, itu bukan sesuatu yang semua orang punya. Alangkah pentingnya kita sebagai anak atau anggota keluarga bersuara dan berusaha membuat mereka mengerti. Karena itu mau gimana pun harus ditanamkan bahwa itu hidup kita,” ucapnya.(*)