Dari Batik ke Streetwear, JF3 2025 Tunjukkan Fashion Bukan Sekadar Gaya

2 weeks ago 13

Panggung Jakarta Fashion & Food Festival (JF3) 2025 kembali menjadi saksi perayaan kreativitas dan keberagaman budaya Indonesia. Salah satu sorotan utama datang dari NES by HDK, label fashion premium yang konsisten mengusung nilai-nilai keberlanjutan, sosial, dan budaya dalam setiap karya.

Di bawah arahan kreatif Helen Dewi Kirana, NES mempersembahkan koleksi terbarunya yang bukan sekadar busana, melainkan representasi filosofi hidup yang dalam dan bermakna.

Koleksi terbaru NES yang diberi tajuk Heritage Remix menampilkan 24 busana yang merayakan kekayaan tekstil tradisional seperti batik, tenun Makassar, dan ikat celup, dikemas dalam desain modern yang relevan dengan gaya urban masa kini.

Teknik shibori yang digunakan memberikan tampilan visual yang dramatis, sekaligus memperkuat karakter tiap kain sebagai karya seni yang unik.

| Baca Juga: Didominasi Busana Hitam, 5 Artis Ini Tampil Beda di Resepsi ke-2 Luna Maya

Kehadiran tenun Makassar menjadi pusat perhatian dalam koleksi ini, diangkat sebagai simbol kekuatan lokal yang layak diapresiasi di tingkat global. NES membuktikan bahwa warisan budaya tidak hanya bisa dilestarikan, tetapi juga ditafsirkan ulang secara kreatif untuk menyentuh audiens masa kini.

Tak hanya menyuguhkan estetika, NES juga mengusung pesan sosial yang kuat melalui kehadiran aksesoris buatan warga binaan Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas IIA Tangerang, hasil program pembinaan NES bekerja sama dengan Imigrasi dan Pemasyarakatan RI (Imipas).

“Jadi kita diundang Imipas untuk memberi pembinaan di lapas. Kita ajarkan para warga binaan tiga teknik yakni jahitan Sashiko, ikat celup, dan pembuatan aksesoris seperti bros yang dipamerkan hari ini,” kata Helen di Summarecon Mall Serpong, Kamis (31/7).

Sekitar 60 warga binaan perempuan berusia 20–30 tahun terlibat dalam proses ini. “Saya sedih melihat semua itu, tapi saya juga tidak mau kasihan karena warga binaan. Jadi saya dorong mereka kalau benar-benar serius membuat karya, ini bisa dijual dan dipamerkan di fashion show. Ternyata mereka mau dan semangat,” tambahnya.

Beberapa hasil karya warga binaan sudah berhasil dijual dengan harga Rp300 ribu hingga Rp500 ribu, menjadi bentuk nyata dari pemberdayaan ekonomi dan kepercayaan diri. “Mereka sudah mendapatkan hasilnya berupa uang. Mereka juga bangga dengan barang buatan mereka sendiri,” ujar Helen.

| Baca Juga: Karakter Imajinatif Menyatu dalam Fashion Anak Versi Martcellia Liunic

Fesyen sebagai Wadah Edukasi dan Aksi Nyata

Yang menarik perhatian, Komitmen NES terhadap keberlanjutan tidak berhenti di sisi produksi. Lewat inisiatif seperti koleksi Batik Baik, yang menggunakan bahan daur ulang dan teknik cetak dari barang bekas, NES memperkuat posisi fesyen sebagai alat edukasi dan aksi nyata. Motif Pohon Kehidupan menjadi simbol khas NES, mewakili keterhubungan antara manusia, alam, dan budaya.

Tak hanya itu, NES juga aktif dalam gerakan sosial dan lingkungan seperti Gerakan Indonesia Bersih dan Jakarta Tanpa Sedotan, memperkuat pesan bahwa mode bisa sekaligus menjadi sarana perubahan dan kepedulian.

Mahakirti Patchwork Agung dari Perca dan Warisan Candi

Pada hari yang sama, desainer Brilianto juga mencuri perhatian dengan koleksi bertajuk “Mahakirti”, yang berarti karya agung, besar, atau mulia dengan nilai tinggi. Dalam 40 busana siap pakai (ready to wear) untuk pria dan wanita, Brilianto menerjemahkan keindahan arsitektur candi ke dalam teknik patchwork yang rumit namun elegan.

Lulusan terbaik dari Young Creator Indonesia Fashion Institute 2016 ini menggunakan limbah kain perca sebagai bahan utama, merangkai potongan kecil menjadi busana glam streetwear yang modern namun bernuansa heritage.

“Mahakirti adalah bentuk penyempurnaan patchwork yang menggabungkan budaya tradisional dan modernitas dalam satuan konsep glam streetwear,” jelas Brilianto. (*)

Read Entire Article
Kerja Bersama | | | |