Cerita Warga Aceh Jalan Kaki 3 Hari untuk Keluar dari Daerah Terisolir

56 minutes ago 1

Banda Aceh, CNN Indonesia --

Wahyu Majiah (27), seorang warga Banda Aceh, terpaksa berjalan kaki selama 3 hari untuk bisa keluar dari daerah terisolir di Kecamatan Linge, Kabupaten Aceh Tengah yang porak-poranda diterjang banjir dan longsor.

Wahyu Majiah tak sendiri. Ia bersama 30 rekannya melewati tumpukan material longsor, kayu, menyisir sungai dari Desa Linge untuk mencapai Kemukiman Isaq, Kecamatan Linge, agar bisa menembus ibukota Aceh Tengah, Takengon. Jalur Isaq ke Takengon saat itu masih normal.

Jika jalur normal menggunakan mobil, Desa Linge ke Kemukiman Isaq hanya memakan waktu sekitar 50 menit atau dari Desa Linge langsung ke Takengon sekitar 1,5 jam.

"Dari Desa Linge kami jalan kaki menyusuri tebing, gunung, sungai yang longsor biar bisa ke Isaq itu 3 hari. Dari Isaq kami lanjut ke Takengon naik mobil," kata Wahyu Majiah alias Ayu di Banda Aceh, Kamis (5/12).

Ayu bercerita, kedatangannya bersama 30-an orang ke daerah Linge awalnya untuk mengikuti Festival Linge. Mereka tiba di daerah itu hari Senin (24/11) dalam kondisi hujan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Belum ada tanda-tanda akan terjadi bencana besar di wilayah itu. Ayu dan rekannya sempat mencari sinyal internet pada Selasa (25/11) di salah satu jembatan akses masuk ke Desa Linge. Setelah itu, mereka kembali ke tempat istirahat.

Mereka lalu dapat kabar adanya longsor dan banjir menerjang kawasan itu pada Rabu (26/11). Lantas keesokan harinya, Kamis (27/11), mereka berniat mencari jaringan telekomunikasi sembari melihat situasi. Tapi, mereka dibuat kaget lantaran jembatan yang jadi akses ke desa itu putus total.

"Kamis pagi itu kami balik lagi ke jembatan untuk lihat kondisi, ternyata jembatannya sudah putus total, jalan tertutup longsor," katanya.

Pada malam harinya, warga dan rombongannya mulai dievakuasi ke SMA 13 Takengon. Tempat itu dianggap masih aman untuk mengungsi. Pasalnya, longsor dan banjir telah menerjang Desa Linge.

Selama dua hari berjibaku di lokasi pengungsian, Ayu dan rombongannya mendapat kabar untuk menembus kawasan Isaq hanya bisa dilakukan dengan berjalan kaki. Lantas mereka memberanikan diri untuk berjalan kaki pada Sabtu (29/11) pagi.

"Kami mulai berjalan pada Sabtu pagi dengan bekal seadanya, ada beras dikit-dikit dikasih warga, lalu air genangan diambil, dimasak untuk makan minum," ucapnya.

Selama perjalanan, mereka menyaksikan begitu hancurnya rumah warga dan gunung-gunung berlongsoran di mana-mana. Mereka jalan kaki dari Desa Linge melewati Desa Owaq - Desa Uning dan berakhir di Isaq berjalan kaki selama 3 hari.

"Medan yang kami tempuh itu luar biasa sulit, material kayu, lumpur yang dalamnya nyaris sepinggang kami lewati. Saat itu kami ketemu longsor besar dan membuat terhenti agak lama," katanya.

Wahyu Majiah (27) seorang warga Banda Aceh terpaksa berjalan kaki selama 3 hari untuk bisa keluar dari daerah terisolir di Kecamatan Linge, Kabupaten Aceh Tengah yang porak-poranda diterjang banjir dan longsor.Rombongan warga terpaksa berjalan kaki selama 3 hari untuk bisa keluar dari daerah terisolir akibat banjir-longsor di Kecamatan Linge, Kabupaten Aceh Tengah. (Arsip Istimewa)

Mereka bisa menembus kawasan Isaq pada hari Senin (1/12) dan langsung dievakuasi ke Takengon dengan mobil. Setelah di Takengon, mereka akhirnya mendapat tumpangan pesawat yang saat itu sedang mengantar bantuan.

"Dua hari di Takengon lalu kami dievakuasi naik pesawat yang lagi ngantar bantuan di Bandara Rembele," katanya.

Ia bercerita, dalam perjalanannya ia melihat kondisi Kabupaten Aceh Tengah yang hancur, jalan rusak di mana-mana, rumah tertimbun longsor, dan banyak jembatan yang putus. Belum lagi akses jaringan telekomunikasi yang terputus dan padamnya aliran listrik.

Data posko tanggap darurat bencana Aceh mencatat Kabupaten Aceh Tengah sebagai salah satu daerah terparah diterjang banjir dan longsor. Dari data teranyar pada Jumat (5/12), ada 23 jiwa meninggal dunia dan 24 hilang akibat bencana itu.

Kemudian 10.153 jiwa warga masih mengungsi di 108 titik pengungsian. Sementara 81 titik jalan dan 58 jembatan rusak. Bencana banjir longsor ini turut merusak 2.546 rumah warga.

(dra/asr)

Read Entire Article
Kerja Bersama | | | |