Diabetes atau penyakit gula darah tinggi bisa menyebabkan retinopati diabetik. Sebuah kondisi kerusakan pembuluh darah retina yang bisa berujung pada kebutaan.
“Diabetes itu merusak pembuluh darah kecil di seluruh tubuh, termasuk retina,” terang dr. Noviana Kurniasari Vivin, Sp.M, dokter spesialis vitreo-retina RS Mata Undaan Surabaya, saat ditemui Nyata pada Senin (21/7).
Ada dua jenis retinopati diabetik. Retinopati diabetik non-proliferatif merupakan stadium awal. Sebagian penderita mengeluhkan pandangan kabur secara perlahan tanpa disadari. Bahkan, ada penderita yang baru mengetahui mengidap diabetes setelah merasakan gejala tersebut.
“Retinopati diabetik kalau masih dalam tahap awal, tidak ada gejalanya. Jadi pasien terkadang nggak sadar matanya bermasalah, tahu-tahu penglihatannya buram aja,” ujar dr. Vivin.
| Baca Juga : Mata Kering Bisa Jadi Alarm Awal Autoimun
Kedua, retinopati diabetik proliferatif yang merupakan stadium lanjut. Jenis yang paling banyak menyebabkan kebutaan. Dalam tahap ini, terbentuk pembuluh darah baru pada permukaan retina dan saraf optik.
Pembuluh darah itu sangat rapuh dan mudah pecah. Jika terjadi pendarahan, darah akan masuk ke vitreus dan membuat pandangan menjadi gelap.
Lalu, pada pembuluh darah yang pecah akan terbentuk jaringan ikat yang akan menarik retina dan menyebabkan ablasio retina. Kondisi-kondisi itu pada akhirnya akan mempercepat kebutaan.
Lantas bagaimana cara mengobatinya? Tindakan laser fotokoagulasi bisa menghentikan kerusakan lebih lanjut. Namun, yang paling terpenting adalah mengontrol gula darah, sebab diabetes tidak bisa disembuhkan.
Retinopati diabetik banyak dialami oleh orang-orang yang sudah mengidap diabetes selama lebih dari 5 tahun.
| Baca Juga : Mata Merah Raja Charles III Picu Kekhawatiran di Tengah Pengobatan Kanker
“Masalahnya di sini, pasien diabetes yang kurang dari 5 tahun, jarang sekali yang periksa mata,” ujar dr. Vivin. Padahal, untuk mendeteksi dan mencegah terjadinya retinopati diabetik adalah pemeriksaan sedini mungkin.
Terlebih karena penyakit itu tidak menunjukkan gejala apa pun di tahap awal. Sehingga banyak penderita tidak menyadari ada masalah pada retinanya.
Dokter Vivin menjelaskan, retinopati diabetik kini banyak menyerang anak muda usia 20 hingga 30-an.
“Dulu, pasien retinopati diabetik itu selalu 40 atau 50 tahun ke atas. Sekarang anak-anak muda yang buta karena penyakit itu semakin banyak, dan waktu periksa itu sudah parah kondisinya,” ungkapnya.
Salah satu penyebabnya adalah pola hidup yang buruk. Tidak memperhatikan kandungan makanan dan minuman yang masuk dalam tubuh. Apalagi di zaman modern yang semuanya serba mudah dan instan, banyak orang jadi minim bergerak.
| Baca Juga : Satu Mata Tak Berfungsi, Dewi Yull Tetap Tegar
“Kayak beli makan aja deh. Kita sudah jarang tuh pergi, jalan ke luar. Sekarang tinggal diam di rumah, klik-klik (serba digital), makanan datang,” tutur dr. Vivin.
Oleh karena itu, dia menyarankan anak muda usia 20-an harus perhatian betul pada pola hidup. Hindari konsumsi gula berlebihan, perbanyak aktivitas fisik. Bila sudah mengidap diabetes, pastikan untuk melakukan pemeriksaan mata setidaknya satu tahun sekali.
Hal itu perlu dilakukan agar penyakit atau gangguan pada retina bisa segera terdeteksi dan mendapatkan perawatan dini sehingga tidak semakin parah. (*)