100 Orang Hilang dalam Banjir Bandang di Uttarakhand India

1 week ago 14

Banjir bandang disertai lumpur melanda kota Dharali di wilayah Himalaya negara bagian Uttarakhand, India, pada Selasa (5/8/2025). Sedikitnya, empat orang dilaporkan tewas dan sekitar 100 lainnya masih dinyatakan hilang.

Rekaman video yang disiarkan media lokal memperlihatkan arus lumpur pekat menyapu gedung-gedung bertingkat dan menelan warga yang panik berlari menyelamatkan diri.

“Kami telah menerima informasi tentang empat kematian dan sekitar 100 orang hilang. Kami berdoa untuk keselamatan mereka,” kata Menteri Pertahanan India, Sanjay Seth kepada Press Trust of India.

| Baca Juga : Duka Keluarga Korban Banjir Texas yang Hanyutkan Puluhan Siswa

Saat ini, petugas tengah melakukan evakuasi. Tentara India mengirim sekitar 150 personel ke lokasi banjir. Mereka berhasil menyelamatkan sekitar 20 orang dari lumpur yang mengubur permukiman.

Komandan Pasukan Tanggap Bencana Negara Bagian (SDRF), Arpan Yaduvanshi, mengatakan ketebalan lumpur mencapai 15 meter di beberapa titik, menyebabkan sejumlah bangunan terkubur sepenuhnya.

Massive flash flood hit Khir Ganga river in Uttarkashi district, Uttarakhand, triggered by a cloudburst.

It devastated Tharali (also reported as Dharali) village, washing away houses, hotels, and cattle. And many feared trapped. #India_Flood_Rain

Teams are conducting rescue… pic.twitter.com/bIzbR8KUkN

— GeoTechWar (@geotechwar) August 5, 2025

Sementara Departemen Meteorologi India telah mengeluarkan red alert untuk wilayah tersebut. Data mencatat curah hujan sangat deras, sekitar 21 cm, di beberapa bagian Uttarakhand dalam waktu singkat.

| Baca Juga : Banjir Texas Tewaskan 43 Orang, 27 Siswa Dinyatakan Hilang

Banjir dan longsor memang kerap terjadi selama musim hujan (Juni-September). Namun, para ahli menilai perubahan iklim dan urbanisasi yang tidak terkendali memperparah intensitas dan frekuensinya.

Badan Meteorologi Dunia (WMO) PBB sebelumnya telah memperingatkan banjir dan kekeringan yang semakin ekstrem.

Hal itu adalah sinyal bahaya dari perubahan iklim global yang membuat siklus air bumi menjadi semakin tak menentu.

“Tragedi ini seharusnya menjadi peringatan terakhir bagi kita. Ini adalah campuran mematikan: pemanasan global memperkuat musim hujan dengan curah ekstrem, sementara di darat kita justru merusak pertahanan alam dengan memotong bukit, membangun secara sembarangan, dan menyumbat sungai demi pembangunan semu,” kata aktivis iklim Harjeet Singh dari Satat Sampada Climate Foundation di New Delhi. (*)

Jangan ketinggalan berita terbaru dan kisah menarik lainnya! Ikuti @Nyata_Media di InstagramTikTok, dan YouTube untuk update tercepat dan konten eksklusif setiap hari.

Read Entire Article
Kerja Bersama | | | |