Di tengah isu rendahnya literasi masyarakat, komunitas literasi Surabaya Book Party (SBP) hadir. Mereka ingin menunjukkan membaca bisa dilakukan siapa pun, di mana saja, dan kapan saja.
Tim Nyata Media berkesempatan untuk ikut dalam salah satu kegiatan rutin mereka di Zerogram Kota Lama, Surabaya pada Minggu (24/8/2025) sore.
Dijelaskan oleh Ketua Koordinator Rika Febrianti Putri, SBP rutin mengadakan kegiatan dua kali sebulan. Yaitu pada minggu ke dua dan ke empat.
“Diawali dengan silent reading atau membaca senyap, di mana teman-teman membaca bareng-bareng selama satu jam. Lalu lanjut ke sharing session yang juga sejam, di mana kita berbagi tentang cerita tentang buku yang kita baca,” jelas Rika.
| Baca Juga: Hamil, Aurelie Moeremans Makin Giat Menulis Buku dan Lagu

Ada juga special activity yang kegiatan bermacam-macam, bergantung momen. Acara SBP kali itu mengadakan open performance dengan mengajak peserta untuk menunjukkan bakat mereka dalam membaca puisi, stand up comedy, story telling, serta speech.
Tidak melulu di kafe, SBP kerap mengadakan sesi membaca di tempat-tempat terbuka seperti taman bahkan mall. Harapannya, mereka bisa menarik perhatian masyarakat untuk membaca.
“Kita berharap dengan adanya gerakan ini bisa meningkatkan literasi dan sama-sama merayakan kebebasan membaca buku di tempat umum,” harap Rika.
Ada puluhan peserta yang hadir hari itu, baik yang baru pertama kali ikut maupun yang sudah rutin hadir. Tidak hanya dari kalangan muda, beberapa peserta termasuk dari golongan ibu-ibu dan bapak-bapak.
Salah satunya adalah Dewi Margareta. Wanita berusia 50 tahun itu mengaku merasa bisa menemukan masa muda yang sempat dilewatkannya dulu.
“Beberapa puluh tahun yang lalu itu saya disibukkan dengan kerja, kerja, kerja. Jadi sempat ada rasa down setelah tua, kayak saya mau ngapain. Kadang-kadang malu juga karena kalah start dengan peserta lain. Tapi ya sudah. Makanya saya senang bisa ke sini,” ujarnya.

| Baca Juga: Ayu Aida Rilis Buku ke Dua, Suarakan Perjuangan Palestina
Kehadiran SBP juga membawa dampak positif bagi beberapa peserta. Seperti Mila yang sempat mengalami reading slump (kehilangan minat membaca secara mendadak) selama dua tahun. Namun setelah bertemu dengan SBP, dia kembali bersemangat untuk membaca.
“Aku baca suatu buku karena FOMO. Aku beli, aku baca, aku nggak kuat. Jadi kayak nggak nyaman dan gara-gara buku itu aku jadi reading slump selama dua tahun,” jelasnya.
“Sampai akhirnya ketemu SBP, aku mulai beli buku lagi. Dan itu selesai aku baca dalam sekitar tiga hari. Dari sini juga aku belajar untuk nyaman dengan bacaan yang bikin aku reading slump itu,” lanjutnya.Rika menjelaskan, SBP hadir dengan harapan mampu mewadahi para pencinta buku yang ingin menemukan tempat aman bagi mereka.
“Ini itu jadi semacam tempat aman untuk mereka (pencinta buku). Harapannya mereka bisa merasa aman dan bebas untuk berdiskusi (tentang buku yang dibaca) tanpa harus merasa takut dihakimi,” jelas Rika. (*)