Tren olahraga lari terus meningkat di Indonesia. Tidak hanya sebagai olahraga, tapi juga menjadi bagian dari gaya hidup modern yang makin digemari berbagai lapisan masyarakat.
Tren itu makin nampak melalui berbagai acara dan kegiatan yang diadakan. Banyak event lari, mulai dari maraton hingga fun run, yang diadakan di berbagai kota.
Data dari aplikasi Garmin Connect menunjukkan bahwa tren lari di Indonesia mengalami lonjakan signifikan sepanjang tahun 2024 hingga awal 2025.
| Baca Juga : Fauja Singh, Atlet Lari Tertua di Dunia Tewas dalam Kecelakaan Tragis
Pada Januari 2024, tercatat 56.463 pengguna Garmin melakukan aktivitas berlari.
Angka itu terus meningkat setiap bulan, mencapai 142.975 aktivitas lari pada Desember 2024.
Memasuki Januari 2025, lonjakan tajam kembali terjadi, dengan 135.551 aktivitas lari tercatat di Garmin Connect.
| Baca Juga : Serap Vitamin D Melimpah, Ini Waktu dan Cara Berjemur yang Tepat
Meski sempat sedikit menurun pada bulan Ramadan, angka tersebut kembali melonjak usai Lebaran. Pada April 2025, aktivitas lari tercatat sebanyak 175.969, lalu pada Mei 2025, melonjak drastis menjadi 242.627 aktivitas lari.
Namun di balik manfaatnya, nyatanya risiko cedera bisa menghantui pelari, khususnya para pemula. Seringkali karena hanya mengikuti tren, sebagian dari mereka langsung mengikuti lari jarak jauh tanpa persiapan yang memadai. Padahal, berbahaya bagi kesehatan.
“Kalau belum pernah latihan tapi langsung ikut jarak jauh, itu bisa menimbulkan risiko cedera. Harus tahu kondisi tubuh dulu,” tutur dosen atletik Universitas Negeri Surabaya (Unesa), Catur Supriyanto kepada Nyata, Sabtu (26/7/2025).
Catur menyarankan untuk menjalani latihan secara bertahap terlebih dahulu dengan program yang tepat. Idealnya, latihan itu didampingi pelatih.
| Baca Juga : Fenomena Bediding Melanda, Begini Tips Jaga Badan Tetap Fit
Pemilihan sepatu juga menjadi faktor penting. Agar terhindar dari risiko cedera, dia menyarankan agar memilih sepatu yang sesuai dengan tipe, ukuran, dan kondisi kaki.
Sepatu yang baik, memiliki bantalan yang empuk untuk meredam benturan saat kaki menyentuh tanah.
Pria berusia 45 tahun itu juga menekankan pentingnya melakukan pemanasan sebelum lari. Untuk lari jarak jauh, pemanasan bisa lebih difokuskan pada otot kaki.
Tidak kalah penting adalah asupan makanan. Catur menyarankan agar mengonsumsi makanan tinggi karbohidrat sebelum berlari.
Usahakan, hal itu dilakukan dua jam sebelum aktivitas olahraga dilakukan untuk menghindari kram atau masalah pencernaan.
“Untuk minum, lebih baik mengonsumsi minuman isotonik kurang dari satu jam sebelum start agar tubuh beradaptasi,” jelas Kepala Program Studi Manajemen Olahraga Unesa tersebut.
“Setelah lari juga minumnya tidak boleh langsung satu gelas, jadi harus sedikit sedikit. Yang penting ada cairan masuk. Prinsipnya harus seimbang,” tambahnya. (*)