Psikolog Ungkap Kejiwaan Terduga Siswi SD Bunuh Ibu Kandung di Medan

2 hours ago 3

Jakarta, CNN Indonesia --

Psikolog Dr. Irna Minauli, M.Si mengungkap hasil pemeriksaan psikologis terhadap A, siswi kelas 6 sekolah dasar (SD) yang diduga membunuh ibu kandungnya di Medan. Hasil asesmen, A memiliki tingkat kecerdasan di atas rata-rata.

"Jadi, dari hasil pemeriksaan psikologis, diketahui bahwa anak atau A memiliki kecerdasan yang tergolong superior, yaitu sangat cerdas, sehingga dengan kecerdasan yang dia miliki, tidak mengherankan kalau dia sering mendapatkan prestasi yang tinggi. Dia juga mampu mempelajari musik, seni secara otodidak," ujar Irna di Mapolrestabes Medan, Senin (29/12).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dalam pemeriksaan lanjutan, Irna juga menelusuri kemungkinan gangguan mental yang kerap ditemukan dalam kasus pembunuhan terhadap orang tua (matricide), seperti skizofrenia, depresi berat, maupun gangguan stres pascatrauma (PTSD). Namun, hasilnya menunjukkan A tidak ditemukan indikasi gangguan tersebut.

"Kemudian, kami juga mencoba menganalisis apakah ada gangguan mental yang biasa terjadi pada kasus-kasus matricide, atau menghilangkan nyawa terhadap ibu kandung. Tetapi dari hasil pemeriksaan tidak dijumpai adanya gangguan mental tersebut. Anak tidak mengalami skizofrenia, jadi tidak ada halusinasi, tidak ada delusi, dan tidak ada perilaku yang aneh, ya. Jadi, gugur gangguan skizofrenia pada anak," ujarnya.

Irna menambahkan, pihaknya juga menilai kemungkinan gangguan perilaku atau conduct disorder. Gangguan ini biasanya ditandai dengan perilaku melanggar aturan, kekerasan terhadap hewan, atau perusakan barang. Namun, ciri-ciri tersebut juga tidak ditemukan pada A.

"Kami coba analisis dengan kemungkinan adanya conduct disorder. Gangguan perilaku pada anak yang kalau itu tidak ditangani, mungkin nanti kalau orang dewasanya menjadi psikopat, misalnya, ya. Tetapi dalam konteks ini, gangguan perilaku atau conduct disorder juga tidak nampak. Pada anak conduct disorder sering melanggar aturan. Mereka juga sering melukai binatang atau properti. Ini juga tidak dijumpai pada anak," urainya.

Dengan demikian, Irna menegaskan bahwa peristiwa tragis ini bukan dipicu oleh gangguan kesehatan mental. Faktor utama yang lebih berperan adalah paparan kekerasan yang dialami dan disaksikan anak, baik dari lingkungan keluarga maupun dari tontonan yang dikonsumsi sehari-hari.

"Jadi kalau dilihat, kemungkinan terjadinya peristiwa ini bukan karena adanya gangguan kesehatan mental, ya. Namun lebih ke arah pengalaman kekerasan yang dialami dan dia saksikan," ucapnya.

Game online yang kerap dimainkan A di ponselnya turut memengaruhi kondisi emosional anak. Selama ini, A diketahui memainkan game Mystery Murder serta membaca anime Detektif Conan. 

"Paparan kekerasan itu bukan hanya dari keluarga, tapi juga mungkin dari tontonan yang dia lihat. Kemudian juga adanya emosi yang pasti meluap, ya, sehingga dia cenderung memendam kemarahannya, sehingga akhirnya meledak menjadi satu tindakan yang emosional outburst, gitu ya, jadi meledak-meledak dan tidak terkendali," terangnya.

Meski memiliki kecerdasan tinggi, Irna menilai A belum memiliki pemahaman yang memadai mengenai konsekuensi dari perbuatannya. Menurutnya, kecerdasan intelektual tidak otomatis membuat anak mampu memahami dampak hukum dan moral dari tindakan ekstrem.

"Nah, kalau dilihat dari kompetensi anak ini sendiri, secara kognitif, misalnya, memang dia sangat cerdas, tetapi apakah anak ini kemudian otomatis memahami apa yang dia lakukan? Ternyata tidak ada korelasinya. Jadi, meskipun kecerdasannya superior, tetapi dia tidak memahami konsekuensi dari perbuatannya itu," sebutnya.

Polrestabes Medan telah menetapkan A sebagai anak yang berkonflik dengan hukum. A saat ini ditempatkan di rumah aman dan mendapatkan pendampingan. Pembunuhan tersebut terjadi pada 10 Desember 2025 sekitar pukul 04.00 WIB di rumah mereka di Kecamatan Medan Sunggal, Kota Medan.

A diduga menikam ibu kandungnya sebanyak 26 kali menggunakan pisau dapur di dalam kamar.

(fnr/wis)

[Gambas:Video CNN]

Read Entire Article
Kerja Bersama | | | |